Kamis, 19 Mei 2011

Sejarah Facebook

Facebook adalah sebuah social networking yang baru saja dirintis pada tahun 2006 oleh seorang mahasiswa Harvard yang bernama Mark Zuckerberg. Mark Elliot Zuckerberg atau Mark Zuckerberg lahir lahir pada 14 Mei 1984 di Dobbs Ferry, Westchester County, New York, Amerika Serikat (AS).

Ide berawal ketika dia bersekolah di Exeter High School, New HampshireSaat itulah dia berkenalan dengan Adam D’Angelo. Zuckerberg lulus dan masuk Harvard University, awalnya membuat program Coursematch yang memungkinkan mahasiswa di kelas yang sama bisa melihat daftar teman-teman sekelas. Proyek selanjutnya membuat facemash.com. Lewat situs ini para pengunjung bisa memberi stempel “keren” atau “jelek” foto seorang siswa, dan membuat Zuckerberg dipanggil oleh Badan Administrasi Universitas Harvard karena dianggap membobol sistem keamanan komputer kampus, melanggar peraturan privasi di internet, dan melanggar hak cipta.

Oleh karena itu ia mebuat Facebook dan diluncurkannya pada tahun 2004. Dalam waktu singkat duapertiga mahasiswa Harvard jadi pengguna Facebook. Teman sekamarnya, Dustin Moskovitz dan Chris Hugh, dberhasil mengembangkan sayap ke Universitas Stanford, Columbia, Yale, Ivy College, dan beberapa sekolah lainnya di wilayah Boston. Dalam waktu singkat, mereka meluncurkan Facebook ke 30 sekolah.

Zuckerberg bersama Moskovitz dan beberapa teman lain pindah ke Palo Alto, California, liburan musim panas 2004 menyewa rumah kecil buat kantor. Oleh karena ingin mengerjakan Facebook dengan serius mereka meninggalkan Harvard. Di kantornya itulah Zuckerberg bertemu Peter Thiel, pendiri Paypal, yang ngasih dana segar sebesar US$ 500.000 ,merupakan investor pertama mereka sehingga mereka bisa pindah ke kantor yang lebih besar di di Universitas Avenue yang dinamai sebagai kantor “Kampus Urban”
Pada 23 Agustus 2005 Zuckerberg membeli domain facebook.com dari Aboutface Corporation senilai US$ 200.000 atau sekitar Rp 1,86 miliar. Pada 2 September 2005, Zuckerberg meluncurkan situs Facebook khusus untuk anak-anak sekolah menengah atas. Hanya dalam waktu 15 hari sejak peluncurannya, sebagian besar sekolah di AS sudah menjadi anggotanya. pada akhir tahun 2005, Facebook telah mencakup sekitar 2.000 kampus dan 25.000 sekolah menengah atas di AS, Kanada, Inggris, Meksiko, Puerto Riko, Australia, Selandia Baru, dan Irlandia.

Pada 27 Februari 2006, dia mulai mengizinkan para mahasiswa yang menjadi pengguna situs ini untuk menambahkan siswa-siswa SMA sebagai temannya. BusinessWeek, melansir kabar bahwa Zuckerberg tengah bernegosiasi dengan calon pembeli potensial Facebook. Tapi, akhirnya, dia menolak tawaran yang disebut-sebut bernilai US$ 750 juta atau sekitar Rp 6,97 triliun. Pasalnya, Zuckerberg menganggap harga itu terlalu murah. Saat itu, dia memperkirakan nilai Facebook US$ 2 miliar.

Pada April 2006, investor pertama situs ini, yaitu Peter Thiel, Greylock Partners, dan Meritech Capital Partners, menambah investasi di Facebook dengan menyetorkan dana US$ 25 juta. Facebook pun masuk ke India melalui Institut Teknologi India dan Institut Manajemen India.

Dia juga memberikan fasilitas Facebook Notes. Fitur baru ini merupakan fitur blogging yang memungkinkan pengguna memberikan tagging, memasukkan gambar, dan fitur-fitur lainnya. Selain itu, pengguna bisa mengimpor blog dari situs Xanga, LiveJournal, Blogger, dan situs blogging lainnya. Berkat fitur baru tersebut, pembaca bisa memberikan komentar terhadap tulisan yang dimuat pengguna Facebook. September 2006, Zuckerberg membuka layanan Facebook bagi semua pengguna internet. Namun, langkah ini justru menuai protes dari para pengguna dan pelanggan setianya. Alhasil, dua minggu berselang Facebook terpaksa membenahi layanan baru itu dengan membuka pendaftaran bagi pengguna internet yang mempunyai alamat surat atau e-mail yang jelas.

Peter Thiel, memprediksi pendapatan situs ini pada 2015 nanti bisa mencapai US$ 1 miliar. Nah, pada saat itu, nilai perusahaan pun bakal ikut meroket menjadi sekitar US$ 8 miliar. Ada juga iklan baris gratis di Facebook. Fitur yang diberi nama Facebook Marketplace ini diluncurkan pada 14 Mei 2007. Layanan baru ini pun langsung menjadi pesaing perusahaan-perusahaan online lain. Craigslist yang sudah lebih dulu menempatkan iklan baris di situsnya. Bisnis Zuckerberg pun kian mengalir lancar. Bahkan, Apple rela memperpanjang kerja sama dengan Facebook untuk memajang contoh musik iTunes.

Facebook membeli perusahaan Parakey Inc., dari Blake Ross dan Joe Hewitt, pada Juli 2007. Parakey adalah produsen aplikasi komputer yang mempermudah transfer data berupa tulisan, gambar, dan video ke sebuah situs di internet. Bill Gates, pada Oktober 2007 membeli 1,6% saham Facebook seharga US$ 240 juta. Pasalnya, Zuckerberg tidak berniat menjual semua saham Facebook sekaligus. Alasannya sederhana dan sungguh mulia, dia ingin Facebook tetap independen.

Pada 7 November 2007, situs ini meluncurkan layanan terbaru berupa pemasangan iklan dengan sistem yang disebut Facebook Beacon. Triliuner Hongkong, Li Ka-shing, tertarik untuk menanamkan duit senilai US$ 60 juta di Facebook pada 30 November 2007.

Sekarang jumlah pegawainya sendiri telah mencapai 400 orang. Namun, Facebook adalah perusahaan unik. para eksekutif dan petingginya masih berusia muda, antara 24 tahun-37 tahun. Markas besar Facebook lebih mirip asrama mahasiswa. Para pegawai, yang setiap hari mendapat jatah makan gratis, bekerja sambil melakukan kegiatan favoritnya. Ada yang bermain gitar, bersepeda, main pesawat kontrol, atau bergoyang ditemani musik racikan seorang disc jockey (DJ). Mereka juga tak perlu berpakaian rapi. Celana pendek dan sandal jepit adalah kostum favorit mereka di kantor. Zuckerberg mengaku ogah suasana kantor yang terlalu formal.

Meski sudah mampu menghimpun harta kekayaan hingga US$ 3 miliar atau sekitar Rp 27,9 triliun Zuckerberg tetap tampil apa adanya, seperti pemuda kebanyakan yang menggemari pakaian santai.

Senin, 11 April 2011

a7x Avenged Sevenfold - The Fight.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - a7x Avenged Sevenfold - The Fight.mp3

a7x Avenged Sevenfold - The Fight.mp3 - 4shared.com - penyimpanan dan berbagi-pakai file online - unduh - <a href="http://www.4shared.com/audio/CK9dFaBg/a7x_Avenged_Sevenfold_-_The_Fi.html" target="_blank">a7x Avenged Sevenfold - The Fight.mp3</a>

Kamis, 07 April 2011

Sejarah konferensi asia afrika

SEJARAH KONFERENSI ASIA AFRIKA

By zainuddinlosi
SEJARAH KONFERENSI ASIA AFRIKA
Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945,tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia, terutama dibelahan bumi Asia Afrika,masih ada masalah dan muncul masalah baru yang mengakibatkan masalah baru yang mengakibatkan permusuhan yang terus berlangsung,bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti di Jazirah Korea, Indo Cina, Palestina, Afrika Selatan, Afrika Utara.
Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideology maupun kepentingan,yaitu Blok Barat dan Blok Timur.Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap Blok berusaha menarik negara-negara Asia dan afrika agar menjadi pendukung mereka. Hal ini mengakibatnkan tetap hidupnya dan bahkan tumbuhnya suasana permusuhan yang terselubung diantara dua Blok itu dan pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan nama “Perang Dingin”.
Timbulnya pergolakan didunia disebabkan pula masih adanya penjajahan di bumi kita ini, terutama di belahan Asia dan Afrika. Memang sebelum tahun 1945, pada umumnya dunia Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Barat dalam aneka bentuk. Tetapi sejak tahun 1945, banyak di daerah Asia Afrika menjadi negara merdeka dan banyak pula yang masih berjuang bagi kemerdekaan negara dan bangsa mereka seperti Aljazair, Tunisia, dan Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di Indo Cina; dan di ujung selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah-masalah sisa penjajahan seperti Indonesia tentang Irian Barat , India dan Pakistan terpaksa mengungsi, karena tanah air mereka diduduki secara paksa oleh pasukan Israel yang di Bantu oleh amerika Serikat.
Sementara itu bangsa-bangsa di dunia, terutama bangsa-bangsa Asia Afrika, sedang dilanda kekhawatiran akibat makin dikembangkannya senjata nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri dibeberapa Asia Afrika yang telah merdeka pun masih terjadi konflik antar kelompok masyarakat sebagai akibat masa penjajahan (politik divide et impera) dan perang dingin antar blok dunia tersebut.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah-masalah dunia, namun nyatanya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangakan kenyataannya, akibtan yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagian besar diderita oleh bangsa-bangsa di Asia Afrika.
Keadaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.


LAHIRNYA IDE KONFERENSI
Keterangan Pemerintah Indonesia tentang politik luar negeri yang disampaikan oleh Perdana Menteri Mr.Ali Sastroamidjojo, di depan parlemen pada tanggal 25 Agustus 1953, menyatakan;
“Kerja sama dalam golongan negara-negara Asia Arab (Afrika) kami pandang penting benar, karena kami yakin, bahwa kerja sama erat negara-negara tersebut tentulah akan memperkuat usaha ke arah perdamaian dunia yang kekal. Kerjasama antar negara-negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai benar dengan aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang menyenangi kerjasama kedaerahan (regional arrangements). Lain dari itu negara-negara itu pada umumnya memang mempunyai pendirian-pendirian yang sama dalam beberapa soal di lapangan internasional, jadi mempunyai dasar sama (commonground)untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab itu kerja sama tersebut akan kami lanjutkan dan pererat”.
Bunyi pernyataan tersebut mencerminkan ide dan kehendak Pemerintah Indonesia untuk mempererat kerja sama di antara negara-negara Asia Afrika.
Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon (Srilangka) Sir Jhon Kotelawala mengundang para Perdana Menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut di terima baik oleh semua pimpinan pemerintah negara yang diundang.
Pertemuan yang kemudian disebut Konferensi Kolombo itu dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai dengan 2 Mei 1954. konferensi ini membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama.
Yang menarik perhatian para peserta konferensi, diantaranya pernyataan yang diajukan oleh Perdana Menteri Indonesia :
“Where do we stand now, we the peoples of Asia , in this world of ours to day?” (“Dimana sekarang kita berdiri, bangsa Asia sedang berada di tengah-tengah persaingan dunia?”), kemudian pernyataan tersebut dijawab sendiri dengan menyatakan:
“We have noe indeed at the cross-roads of the historyof mankind. It is therefore that we Prime Minister of five Asian countries are meeting here to discuss those crucial problems whice urge Indonesia to propose that another conference be convened wide3r in scope, between the African and Asian Nations. I am convined that the problems are not only convened to the Asian countries represented here but also are of equal importance to the Afrika and other Asian countries”.
(Kita sekarang berada dipersimpangan jalan sejatah umat manusia. Oleh karena itu kita Lima Perdana Menteri negara-negara Asia bertemu disini untuk membicarakan masalah-masalah yang krusial yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang kita wakili. Ada beberapa hal yang mendorong Indonesia mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan lain yang lebih luas, antara negara-negara Afrika dan Asia . Saya percaya bahwa masalah-masalah itu tidak terjadi hanya di negara-negara Asia yang terwakili disini, tetapi juga sama pentingnya bagi negara-negara Afrika dan Asia lainnya”).
Pernyataan tersebut memberi arah kepada lahirnya Konferensi Asia Afrika.
Selanjutnya, soal perlunya Konferensi Asia Afrika diadakan, diajukan pula oleh Indonesia dalam sidang berikutnya. Usul itu akhirnya diterima oleh semua konferensi, walaupun masih dalam suasana keraguan.
Perdana Menteri Indonesia pergi ke Kolombo untuk memenuhi undangan Perdana Menteri Srilangka dengan membawa bahan-bahan hasil perumusan Pemerintah Indonesia . Bahan-bahan tersebut merupakan hasil rapat dinas Kepala-kepala Perwakilan Indonesia di negara-negara Asia dan Afrika yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mr.Sunario. rapat dinas tersebut diadakan di tugu ( Bogor ) pada tanggal 9 Sampai dengan 22 Maret 1954.
Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa para Perdana Menteri peserta konferensi mkembicarakan kehendak untuk mengadakan konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki sampai dimana kemungkinannya mengadakan konferensi semacam itu.
USAHA-USAHA PERSIAPAN KONFERENSI
Konferensi Kolombo telah menugaskan Indonesia agar menjejaki kemungkinan untuk diadakannya Konferensi Asia Afrika. Dalam rangka menunaikan tugas itu Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan melalui saluran diplomatic kepada 18 negara Asia Afrika. Maksudnya, untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhada ide mengadakan Konferensi Asia Afrika. Dalam pendekatan tersebut dijelasakan bahwa tujuan utama konferense tersebut ialah untuk membicarakan kepentingan bersama bangsa-bangsa Asia afrika pada saat itu, mendorong terciptanya perdamaian dunia, dan mempromosikan Indonesia sebagai tempat konferensi. Ternyata pada umumnya negara-negara yang dihubungi menyambut baik ide tersebut dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumahnya, walaupun dalam hal waktu dan peserta konferensi terdapat berbagai pendapat yang berbeda.
Pada tanggal 18 Agustus 1954, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India, melalui suratnya, mengingatkan Perdana Menteri Indonesia tentang perkembangan situasi dunia dewasa ini yang semakin gawat, sehubungan dengan adanya usul untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam menerima usul itu masih disertai keraguan akan berhasil-tidaknya usul itu dilaksanakan. Barulah setelah kunjungan Perdana Menteri Indonesia pada tanggal 25 September 1954, beliau yakin benar akan pentingnya diadakan konferensi semacam itu, seperti tercermin dalam pernyataan bersama pada akhir kunjungan Perdan Menteri Indonesia :
“The prime reprensentatives discussed also the proposal to have a conference of representatives of Asians and African countries and were agreed that a conference of this kind was desirble and world be helpful in promoting. Is should be held at an early date”.
(“Para Perdana Menteri telah membicarakan usulan untuk mengadakan sebuah konferensi yang mewakili negara-negara Asia dan Afrika serta menyetujui konferensi seperti ini sangat diperlukan dan akan membantu terciptanya perdamaian sekaligus pendekatan bersama ke arah masalah (yang dihadapi). Hendaknya konferensi ini diadakan selekas mungkin”).
Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana Menteri Birma U Nu pada tanggal 28 september 1954.
Dengan demikian, maka usaha-usaha penyelidikan atas kemungkinan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika dianggap selesai dan berhasil serta usaha selanjutnya ialah mempersiapkan pelaksanaan konferensi itu.
Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para Perdan Menteri peserta Konferensi Kolombo (Birma, Srilangka, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan Konferensi di Bogor pada tanggal 28 dan 29 Desember 1954, yang dikenal dengan sebutan Konferensi Panca Negara. Konferensi ini membicarakan persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Bogor berhasil merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia Afrika diadakan atas penyelenggaraan bersama dan kelima negara peserta konferensi tersebut menjadi negara sponsornya. Undangan kepada negara-negara peserta disampaikan oleh Pemerintah Indonesia atas nama lima negara.
TUJUAN KONFERENSI
Konferensi Bogor menghasilkan 4 tujuan pokok Konferensi Asia Afrika yaitu :
1.      Untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerjasama antar bangsa-bangsa Asia dan Afrika , untuk menjelajah serta memajukan kepentingan-kepentingan mereka , baik yang silih ganti maupun yang bersama, serta untuk menciptakan dan memajukan persahabatan serta perhubungan sebagai tetangga baik.
2.      Untuk mempertimbangkan soal-soal serta hubungan-hubungan di lapangan social , ekonomi , dan kebudayaan Negara yang diwakili.
3.      Untuk mempertimbangkan soal-soal yang berupa kepentingan khusus bangsa-bangsa Asia dan Afrika, misalnya soal-soal yang mengenai kedaulatan nasional dan tentang masalah-masalah rasialisme dan kolonialisme.
4.      Untuk meninjau kedudukan Asia dan Afrika , serta rakyat-rakyatnya didalam dunis dewasa ini serta sumbangan yang dapat mereka berikan guna memajukan perdamaian serta kerja sama didunia.

PESERTA DAN WAKTU KONFERENSI
Negara-negara yang diundang disetujui berjumlah 25 negara.yaitu : Afganistan, Kamboja, Federasi Afrika Tengah, Republik Rakyat Tiongkok (China), Mesir, Ethiopia, Pantai Emas (Gold Coast), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Libanon, Liberia, Libya, Nepal, Filipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand (Muang thai), Turki, Republik Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara), Vietnam Selatan, dan Yaman . Waktu Konferensi ditetapkan pada minggu terakhir April 1995.
Mengingat Negara-negara yang akan diundang mempunyai politik luar negeri serta system politik dan social yang berbeda-beda.Konferensi Bogor menentukan bahwa menerima undangan untuk turut dalam konferensi Asia Afrika tidak berarti bahwa Negara peserta tersebut akan berubah atau dianggap berubah pendiriannya mengenai status dari negara-negara lain.Konferensi menjunjung tinggi pula asas bahwa bentuk pemerintahan atau cara hidup sesuatu negara sekali-sekali tidak akan dapat dicampuri oleh negara lain.Maksud utama konferensi ialah supaya negara-negara peserta menjadi lebih saling mengetahui pendirian mereka masing-masing
PELAKSANAAN KAA 1955
Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat sidang-sidang Konferensi . Hotel Homann, Hotel Preanger, dan 12 (duabelas) hotel lainnya serta perumahan perorangan dan pemerintah dipersiapkan pula sebagai tempat menginap para tamu yang berjumlah 1300 orang.
Keperluan transport dilayani oleh 143 mobil, 30 taksi, 20 bus, dengan jumlah 230 sopir dan 350 ton bensin tiap hari serta cadangan 175 ton bensin.
Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan terakhir di Bandung pada tanggal 17 April 1955, Presiden RI Soekarno meresmikan penggantian nama Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwi Warna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika. Penggantian nama tersebut dimaksudkan untuk lebih menyemarakkan konferensi dan menciptakan suasana konferensi yang sesuai dengan tujuan konferensi.
Pada tanggal 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirimkan kepada Kepala Pemerintahan 25 (dua puluh lima ) negara Asia dan Afrika. Dari seluruh negara yang diundang hanya satu negara yang menolak undangan itu, yaitu Federasi Afrika Tengah (Central African Federation), karena memang negara itu masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya. Sedangkan 24 (dua puluh empat) negara lainnya menerima baik undangan itu, meskipun pada mulanya ada negara yang masih ragu-ragu. Sebagian besar delegasi peserta konferensi tiba di Bandung lewat Jakarta pada tanggal 16 April 1955.
Dalam penutup komunike terakhir dinyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika menganjurkan menganjurkan supaya kelima negara penyelenggara mempertimbangkan untuk diadakan pertemuan berikutnya dari konferensi ini, dengan meminta pendapat negara-negara pesreta lainnya. Tetapi usaha untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika kedua sesalu mengalami hambatan yang sulit diatasi. Tatkala usaha itu hampir terwujud (1964), tiba-tiba di negara tuan rumah (Aljazair) terjadi pergantian pemerintahan, sehingga konferensi itu jadi.
Konferensi Asia Afrika di Bandung, telah berhasil menggalang persatuan dan kerja sama di antara negara-negara Asia dan Afrika,baik dalam menghadapi masalah internasional maupun masalah regiobal . Konferensi serupa bagi kalangan tertentu di Asia dan Afrika beberapa lkali diadakan pula, seperti Konferensi Wartawan Asia Afrika , Konferensi Islam Asia Afrika, Konferensi Pengarang Asia Afrika, dan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika telah membakar semangat dan menambah kekuatan moral para pejuang bangsa-bangsa Asia da Afrika yang pada masa itu tengah memperjuangkan kemerdekaan tanah air mereka, sehingga kemudian lahirlah sejumlah negara merdeka dibenua Asia dan Afrika. Semua itu menandakan bahwa ciat-cita dan semangat Dasa Siala Bandung semakin merasuk kedalam tubuh bangsa-bangsa Aia dan Afrika.
Jiwa Bandung dengan Dasa Silanya telah mengubah pandangan dunia tentang hubungan internasional. Bandung telah melahirkan faham Dunia Ketiga atau “ Non-Aligned”terhadap dunia pertamanya Washington dan Dunia keduanya Moscow Jawa Bandung telah mengubah juga struktur perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Forum PBB bukan lagi forum eksklusif Barat dan Timur.
Sebagai penutup uraian singkat ini, dikutip bagian terakhir pidato penutupan Ketua Konferensi Asuia Afrika sebagai berikut : “May we continue on the way we have taken together and may the Bandung Conference stay as a beacom guiding the future progress of Asia and Afrika”
( “ Semoga kita dapat meneruskan perjalanan kita diatas jalan yang telah kita pilih bersama-sama dan semoga Konferensi Bandung ini tetap tegak sebagai sebuah mercusuar yang membimbing kemajuan dimasa depan dari Asia dan Afrika “)
KOMUNIKE AKHIR KONFERENSI ASIA AFRIKA
Konferensi Asia Afrika bersidang di Bandung dari tanggal 18 sampai 24 April 1955, atas undangan dari para Perdana Menteri Birma, Srilanka , India , Indonesia , dan Pakistan . Kecuali negara-negara sponsor, konferensi ini juga dihadiri oleh 24 negara sebagai berikut :
  1. Kamboja
  2. Republik Rakyat Cina
  3. Ethiopia
  4. Pantai Emas
  5. Iran
  6. Irak
  7. Jepang
  8. Yordania
  9. Laos
  10. Lebanon
  11. Liberia
  12. Libya
  13. Nepal
  14. Filipina
  15. Saudi Arabia
  16. Sudan
  17. Syiria
  18. Muang Thai
  19. Turki
  20. Republik Demokrasi Viet-Nam
  21. Viet-nam Selatan
  22. Yaman
  23. Afganistan
  24. Mesir
Konferensi Asia Afrika membicarakan masalah-masalah yang menjadi perhatian dan kepentingan bersama negara-negara Asia dan Afrika dan membahas cara-cara dan upaya-upaya agar rakyat mereka dapat mencapai kerjasama ekonomi , kebudayaan, dan politik yang lebih erat.
Konferensi Asia Afrika menyatakan keyakinannya, bahwa kerukunan kerjasama yang sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut akan memberikan sumbangan yang berhasilguna bagi pemeliharaan dan peningkatan perdamaian dan keamanan internasional, sedang bekerjasama dibidang ekonomi, sosial dan kebudayaan akan membantu terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran semua.
Konferensi Asia Afrika menganjurkan agar kelima negara sponsor memikirkan penyelenggaraan konferensi berikutnya, setelah berkonsultasi dengan negara-negara peserta.

Selasa, 22 Maret 2011

Shorcut kenyboard untuk facebook

Shortcut keyboard adalah gabungan tombol keyboard yang di tekan bersama-sama untuk melakukan sebuah fungsi tertentu.
Jika anda merupakan salah satu facebooker, ternyata facebook juga memiliki beberapa shortcut keyboard untuk browser mozilla firefox, Internet Explorer dan Google Chrome.
Pertama anda harus login terlebih dahulu di facebook anda untuk menggunakan Shortcut keyboard facebook di bawah ini. Shortcut keyboard facebook untuk Mozilla Firefox
shift + alt + 0 = Pusat bantuan
shift + alt + 1 = Home
shift + alt + 2 = Profile
shift + alt + 3 = Permintaan pertemanan
shift + alt + 4 = Pesan
shift + alt + 5 = Pemberitahuan
shift + alt + 6 = Edit account
shift + alt + 7 = Settings privasi
shift + alt + 8 = Penggemar facebook
shift + alt + 9 = Statement of rights and responsibilities
shift + alt + m = Membuat pesan baru
shift + alt + ? atau shift + Alt+ /  = Kursor berada pada kolom pencarian

Shortcut keyboard facebook untuk Internet Explorer
alt + 0 lalu Enter = Pusat bantuan
alt + 1 lalu Enter = Home
alt + 2 lalu Enter = Profile
alt + 3 lalu Enter = Permintaan pertemanan
alt + 4 lalu Enter = Pesan
alt + 5 lalu Enter = Pemberitahuan
alt + 6 lalu Enter = Edit account
alt + 7 lalu Enter = Settings privasi
alt + 8 lalu Enter = Penggemar facebook
alt + 9 lalu Enter = Statement of rights and responsibilities
alt + m lalu Enter = Membuat pesan baru
alt + ? lalu Enter atau alt+ / lalu Enter = Kursor berada pada kolom pencarian
Shortcut keyboard facebook untuk Google Chrome
alt + 0 = Pusat bantuan
alt + 1 = Home
alt + 2 = Profile
alt + 3 = Permintaan pertemanan
alt + 4 = Pesan
alt + 5 = Pemberitahuan
alt + 6 = Edit account
alt + 7 = Settings privasi
alt + 8 = Penggemar facebook
alt + 9 = Statement of rights and responsibilities
alt + m = Membuat pesan baru
alt + ? atau alt+ / = Kursor berada pada kolom pencarian
Selamat Mencoba

Kumpulan Sejarah Dunia

Pieter Erberveld, April Hitam di Batavia

Di era VOC berkuasa, ketidakadilan merebak di mana-mana. Sejumlah pemberontak pun muncul dipimpin beberapa nama. Salah satunya adalah Pieter, bangsawan berdarah Jerman asal Batavia.
Tugu peringatan tua itu berdiri kokoh. Tingginya sekitar 2 meter dengan warna putih pucat dimakan zaman. Tepat di puncak tugu tersebut, sebuah tengkorak terpancang lembing berdiri angker menantang langit. Persis di badan tengah tembok itu,sebuah tulisan kuno berbaris kaku.
“Sebagai kenang-kenangan yang menjijikan atas dihukumnya sang pengkhianat Pieter Erberveld. Karena itu dipermaklumkan kepada siapapun, mulai sekarang tidak diperkenankan untuk membangun dengan kayu, meletakan batu bata dan menanam apapun di tempat ini dan sekitarnya. Batavia, 14 April 1722,”demikian kira-kira terjemahan bebas dari bunyi huruf-huruf berbahasa Belanda dan Jawa itu.
Bersama ratusan nisan dan prasasti lainnya, tugu itu merupakan bagian dari Museum Prasasti, Jakarta Pusat. Aslinya benda tersebut berasal dari Kampung Pecah Kulit (sekarang Jalan Panggeran Jayakarta di Jakarta Utara). Namun sejak dijalankannya proyek relokasi oleh Gubernur Ali Sadikin pada 1977, tembok berpenampilan angker itu dipindahkan ke sana. Lantas siapa Peter Erberveld yang disebut dalam prasasti itu?
“Saya tidak tahu pasti.Katanya sih dia itu dulu salah satu pemberontak yang paling dibenci kompeni,”ujar Asim (50), salah seorang penjaga di Museum Prasasti.
Keterangan Asim memang benar adanya. Adolf Heukeun dalam Historical Sites of Jakarta menyatakan pemberontakan Peter Erberveld memang tercatat dalam dokumentasi pemerintah Hindia Belanda. Cerita bermula dari sebuah peristiwa yang terjadi pada 1708.
Saat itu, pemerintah VOC (maskapai perdagangan Hindia Timur yang merupakan wakil dari Kerajaan Belanda di Nusantara kala itu— lewat Dewan Hemradeen (Collage van Heemraden) menyita ratusan hektar tanah di Pondok Bambu atas nama kepemilikan Peter Erberverld.Alasannya, tanah itu tak memiliki akte yang disahkan oleh VOC.
Pieter Erberveld adalah seorang Indo.Ayahnya bernama Peter Erberveld senior, seorang pengusaha kulit binatang yang berasal dari kota Elberfeld (kini merupakan bagian kota Wuppertal di negara bagian Nordrhein-Westphalen, Jerman).Ibu Pieter sendiri konon berasal dari Siam (Thailand). Namun berbeda dengan Heukeun, Alwi Sahab,sejarawan Betawi, menyebut sang ibu justru berasal dari Jawa.
Bisa jadi karena setengah inlander, Pieter jadi memiliki hubungan baik dengan orang-orang pribumi. Itu dibuktikan saat terjadi penyitaan tanah oleh VOC, rakyat kebanyakan berdiri di belakangnya. Namun kendati didukung masyarakat banyak, VOC tetap bersikeras menyita tanah juragan Jerman itu. Alih-alih membebaskannya, Gubernur Joan van Hoorn malah menambah hukuman dengan mewajibkan Pieter menyerahkan denda 3300 ikat padi kepada VOC.
Sejak peristiwa tersebut, Pieter memendam benci kepada VOC. Terlebih dalam menjalankan bisnisnya selain kerap licik dan kejam, maskapai dagang besar pertama di dunia itu juga bergelimang korupsi. Sebuah prilaku yang disebut oleh Thomas B Ataladjar dalam buku Toko Merah Saksi Kejayaan Batavia Lama di Tepian Muara Ciliwung,menjadi biang keladi kebangkrutan VOC pada 1799.
Insiden Pondok Bambu menjadikan hubungan antara Pieter dengan VOC berlangsung tegang dan penuh kecurigaan. Namun sebaliknya, di kalangan masyarakat pribumi, kejadian yang menimpa Pieter itu memunculkan sikap simpati yang lebih besar.Sebagai tanda hubungan baik itu berlangsung, Pieter sering berkunjung ke rumah-rumah masyarakat pribumi dan tak jarang mengadakan pertemuan di rumahnya yang terletak di kawasan yang sekarang bernama Kampung Pecah Kulit.
Pertemuan demi pertemuan memunculkan rasa senasib dan sepenanggungan. Dari ikatan emosional itu entah dari mana datangnya lantas muncul hasrat untuk melakukan pemberontakan. Bersama seorang ningrat asal Banten, Raden Ateng Kartadriya dan 25 pengikutnya,Pieter merencanakan aksi pembangkangan. Hari H-nya: 31 Desember 1721,bertepatan dengan pesta malam tahun baru 1722.
Selain berharap pada bantuan Kesultanan Banten yang sudah dikontak sebelumnya, pemberontakan itu juga rencananya akan melibatkan banyak bantuan dari berbagai pihak “Saya sendiri dan beberapa kawan sudah mengumpulkan 17.000 prajurit yang telah siap memasuki kota,” ujar Raden Kartadriya seperti ditulis Alwi Shahab dalam Batavia Kota Banjir.
Namun mujur tak dapat diraih malang tak dapat ditolak.Pemufakatan subversiv itu malah bocor sebelum waktunya kepada intelejen VOC. Lewat mulut seorang budak Pieter yang “bernyanyi”, Reykert Heere (Komisaris VOC untuk urusan bumiputera) bertindak cepat dengan menangkap 23 pelaku rencana pemberontakan tersebut termasuk Pieter dan Raden Kartadriya.
Sekitar 4 bulan pasca penangkapan, Collage van Heemradeen Schepenen (Dewan Pejabat Tinggi Negara) memutuskan hukuman mati untuk Pieter dan para pengikutnya. Namun hukuman mati itu dilakukan dengan cara yang tidak biasa dan sangat kejam. Di sebuah lapangan sebelah selatan dekat Balai Kota, mereka menjalani hukuman sebagai pemberontak dengan punggung diikat pada sebuah salib, tangan kanan dibacok hingga putus, lengan dijepit, daging kaki dan dada dicungkil keluar.
Seolah ingin lebih puas, jantung mereka dikeluarkan dan dilemparkan ke wajah para terhukum. Kepala dipancung dan tubuh mereka diikat oleh 4 ekor kuda yang berada pada 4 posisi arah mata angin. Begitu kuda-kuda tersebut dihela maka berpecahanlah tubuh dan kulit mereka ke 4 penjuru. Kepala mereka lantas ditancapkan pada sebuah tonggak di sebuah tempat di luar kota. Maksudnya agar menjadi makanan burung-burung sekaligus pembangkit efek jera kepada siapapun yang berniat melakukan pemberontakan terhadap VOC.
“Kelak bekas tempat eksekusi Pieter dan kawan-kawanya disebut sebagai Kampung Pecah Kulit,”ujar Alwi Shahab.
Benarkah Pieter dan kawan-kawan bumiputeranya merencanakan sebuah pemberontakan berdarah? Secara pasti hanya Tuhan dan para pejabat tinggi VOC-lah yang tahu. Namun 200 tahun setelah eksekusi barbar itu, seorang sejarawan Belanda bernama Prof.Dr.E.C.Godee Molsbergen dalam De Nederlandsch Oostindische Compagnie in de Achtiende eeuw, menyebut Insiden Pieter Erberveld sebagai peristiwa berdarah yang sarat konspirasi politik.
Selain faktor ketamakan ekonomi VOC, Prof.Godee menyatakan Insiden Pieter Erberveld terjadi karena adanya intrik dan nafsu politik di kalangan para pejabat maskapai dagang tersebut. Ia percaya bahwa isu rencana pemberontakan hanya bualan semata.Baginya tidaklah mungkin seorang Pieter yang terpelajar dan pintar berlaku sembrono dengan merencanakan kudeta tanpa persiapan dan serba mendadak.
“Itu mungkin sekali, karena berbagai keadaan pada masa itu, orang tak dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi. Sengala rencana komplotan itu diperoleh dari hasil siksaan-siksaan,” ujar Prof.Godee dalam tulisan yang termuat dalam buku sejarah Geschiedenis van Nederlands Indie, jilid empat, himpunan Dr. F. W. Stapel itu.
Menurut Kepala Kearsipan Negara di Hindia Belanda (1922-1937) itu, sekitar 3 minggu pasca komplotan Pieter diciduk, pemeriksaan intens dijalankan oleh Dewan Pejabat Tinggi Negara terhadap 23 orang. Termasuk Erberveld, Kartadriya dan Layeek, seorang lelaki asal Sumbawa yang merupakan terdakwa utama. Dalam pemeriksaan tersebut, ketiganya ngotot menyatakan diri tak merencanakan apapun.
Landdrost (semacam jaksa) lantas mengambil jalan pintas untuk memunculkan pengakuan. Caranya Kartadriya digantungi timbangan. Anak timbangan pemberatnya terus menerus ditambah. Kemudian rambut kepalanya dipotong. Heeren Schepenen rupanya percaya, bahwa seperti halnya dengan perkara sihir, kekuatan seorang terdakwa untuk membisu terletak pada rambutnya. Semua usaha itu sia-sia sebab Kartadriya tetap bungkam.
Lalu giliran Layeek. Begitu disiksa, orang Sumbawa itu lansung mengaku karena daya tahan fisik dan mentalnya tak setangguh Kartadriya. Menurut hasil “nyanyiannya” Pieter Erberveld memang telah membujuknya untuk menyusun rencana pemberontakan. Jika rencana itu berhasil, Pieter akan menjadi raja atau gubernur dan para pendukungnya akan mendapat ganjaran menurut partisipasi masing-masing dalam pemberontakan itu.
Begitu pengakuan didapat, jaksa memerintahkan penyiksaan lebih sadis kepada Kartadriya dan Pieter. Usaha mereka tidak sia-sia, Pieter dan Kartadriya akhirnya mengaku salah karena tak tahan menghadapi siksaan yang makin kejam. Pieter mengiyakan bahwa dirinya dihasut oleh Kartadriya.
Tidak hanya itu, Pieter pun mengungkapkan dokumen rencana komplotan itu disembunyikannya dalam sebuah peti yang tersimpan di lemari tua di rumahnya. Ia juga menyatakan telah mengadakan hubungan surat menyurat dengan putera Untung Suropati,pemberontak Bali di Kartasura. Dalam nada mengingau karena secara fisik dan mental sudah hancur lebur, Pieter menyebut sejumlah nama fiktif : 12 pangeran dari Banten serta 13 pangeran dan 3 orang raden dari Cirebon.
”Namun anehnya, kendati dicari secara teliti, tak sepucuk suratpun ditemukan dalam sebuah kotak di almari tua di rumah Pieter,”tulis Godee.
Prof. Godee Molsbergen juga menyebut beberapa kenyataan yang tidak wajar dalam proses pengadilan itu. Menurutnya, perkara pengkhianatan yang tergolong criman leasae majestatis – kejahatan terhadap yang dipermuliakan- seharusnya diadili oleh Raad van Justitie, bukan oleh Collage van Heemraden.
”Untuk pelaksanaan hukuman mati pun tidak boleh di sembarang tempat, tetapi harus di tempat yang biasa di pakai oleh raad van Justitie. Dalam kasus Pieter Erberveld para terdakwa tidak diberi pembela. Harta milik para terdakwa tidak hanya disita separoh sebagaimana keputusan yang dijatuhkan, tetapi seluruhnya,”ujar sejarawan ahli Hindia Belanda itu.
Konspirasi politik semakin kentara, kala beberapa hari setelah pembantaian Pieter dan kawan-kawannya dilakukan. Reykert Heere, pejabat VOC yang merasa mendapat info pertama tentang “pengkhianatan” Erberveld, minta balas jasa. VOC sigap dengan menaikan pangkat Rykert dari seorang Komisaris menjadi Opperkoopman (pembeli tertingi).Gajinya pun naik jadi 100 gulden sebulan.
Kini hampir 300 tahun, tugu peringatan tua itu masih berdiri kokoh. Tingginya sekitar 2 meter dengan warna putih pucat dimakan zaman. Tepat di puncak tugu tersebut, sebuah tengkorak terpancang lembing berdiri angker menantang langit. Sebuah bentuk pemakluman atas hitamnya sejarah kemanusian di Batavia pada April 1722. (hendijo)
Sumber : disini

Titik Pertempuran Pahlawan Seribu

Perang ada dan akhirnya dicatat sebagai sebuah peristiwa bersejarah oleh masyarakat. Dengan mata yang tidak berfungsi dengan normal dan jalan yang tertatih-tatih Pak Mahadi masih terkenang dengan kuat masa-masa ketika pertempuran seribu terjadi. Pak Mahadi, kelahiran 20 Februari 1917 yang sehari-hari akrab dipanggil Pak Oyot, mulai menuturkan kisahnya saat ia berusia sekitar 30 th. Saat itu, ia menjadi “komicho” yang dulunya merupakan sistem aparat desa bentukan Jepang atau setingkat RT saat ini.
Pak Mahadi atau biasa disapa Pak Oyot (90), seorang pelaku sejarah pertempuran Pahlawan Seribu di Serpong
Para laskar rakyat yang datang menyerbu merupakan para laskar yang berasal dari Banten ketika itu. Mereka yang datang dari dari daerah Maja mencapai ribuan orang yang dipimpin oleh seorang Kyai. Ketika itu rakyat yang berjumlah ribuan berhadapan secara langsung dengan para tentara Belanda.
Menurut Pak Oyot, saat itu pihak Belanda mengajak berdamai dengan rakyat yang menyerbu markas karena rakyat yang bersenjata golok dan bambu dipandang sebelah mata oleh pasukan belanda yang bersenjata canggih kala itu. Namun, saat sedang berlangsung pembicaraan ada tentara Belanda yang dibacok. Hingga akhirnya, pertempuran pun meletus. Dengan bermodal keberanian dan senjata genggam rakyat mulai menyerang. Sambil meneriakkan “Allahu Akbar” mereka menghunus golok dan bambu runcing.
Pertempuran yang terjadi pada tanggal 26 Mei 1946 berlangsung selama 12 jam. Korban yang jatuh ketika itu, menurut penuturan Pak Oyot yang juga merupakan salah seorang yang ikut memakamkan mereka ke dalam tiga lobang berjumlah 147. Ia mengatakan dua lubang makam masing-masing diisi 50 jenazah dan yang satunya berjumlah 47 orang. Namun, di tempat berbeda ditemukan 3 jenazah lagi yang kemudian dimakamkan secara terpisah. Bersama dengan rekannya seorang amil desa Cilenggang yang sudah wafat, ia memandikan dan mengubur jenazah-jenazah tersebut ke liang lahat.
Mungkin kini hanya tinggal Pak Oyot yang menjadi saksi hidup peristiwa tersebut. Ketika itu Pak Oyot secara langsung menyaksikan dan memakamkan para jenazah pertempuran tersebut. Selain itu kisah pertempuran dengan tentara Belanda tersebut, ia juga menuturkan pertempuran yang terjadi dengan Jepang di daerah Lengkong. Menurut Pak Oyot, di daerah Lengkong merupakan gudang senjata tentara Jepang. Namun, para taruna yang ketika itu dipimpin oleh Mayor Daan Mogot, mencoba merebut gudang senjata tersebut. Hingga akhirnya meletuslah peristiwa Lengkong. Pada awalnya pasukan Jepang ketika itu tidak mau menyerahkan gudang senjata tersebut. Namun semangat pemuda yang sangat berani akhirnya menguasai gudang senjata tersebut hingga meletuslah peristiwa Lengkong.
Sebelumnya ketika masa pemerintahan Jepang, Pak Oyot mengaku sempat menjadi pekerja paksa di Lengkong sebagai tukang besi di gudang senjata.
Berikut ini adalah kutipan wawancara yang dilakukan oleh reporter SerpongKita.com dengan Pak Mahadi bin Bantoet alias Pak Oyot:
Kapan Anda mengalami masa perjuangan Serpong?
Ketika terjadi peristiwa pertempuran tersebut sekitar bulan mei 1946, saya berusia sekitar 30 thn. Masa pemerintahan ketika itu masih kawedanan dan saat itu merupakan masa transisi kekuasaan Nasional yang diproklamirkan oleh Bung Karno ketika itu.
Saya menyaksikan langsung dengan mata kepala sendiri ribuan orang mendatangi Vedbak (Pos-pos MP) yang ada di PTPN dulu.
Apa yang Anda ketahui tentang peristiwa Pertempuran Seribu yang terjadi ?
Saya menyaksikan dari rumah, ribuan orang berduyun-duyun dengan berjalan kaki menghampiri Vedbak-Vedbak yang ada di kawasan PTPN hingga Stasiun. Dan ada seorang Kyai yang bersorban memimpin pasukan tersebut. Awalnya tidak terjadi keributan karena sebelumnya ada perundingan. Meski, mereka saling berhadapan namun tidak langsung terjadi bentrok. Pihak Belanda meminta para laskar tersebut untuk bubar. Mereka tidak melihat rakyat sebagai seatu ancaman yang berbahaya . Para rakyat yang bersenjata golok, tetap berada di posisinya untuk menyerang. Sementara pasukan Belanda sudah bersiap untuk menembak mereka dari balik pohon bambu yang berada di dataran yang lebih tinggi.
Bagaimana kondisi masyarakat Serpong, ketika itu?
Ketika itu memang masyarakat di daerah Serpong sudah merasa tertekan. Namun sebagian besar dari laskar rakyat yang turun ketika itu merupakan Laskar yang datang dari Banten. Ada beberapa penduduk Desa Kranggan dan Desa Setu yang juga ikut bertempur ketika itu. Dengan modal keberanian dan senjata yang ada, berbagai golongan kelompok dan suku yang ada ketika itu, bersatu menyerang Pos tentara Belanda yang ada di sini.
Siapa saja yang terlibat ketika masa perjuangan Serpong tersebut?
Untuk peristiwa Pahlawan Seribu, titik pertempuran terjadi tepat di kawasan pertigaan Cisauk. TKR belum ada jadi perlawanan yang dilakukan bersifat semangat kedaerahan dan lokal. Pada umumnya laskar atau kelompok perlawanan rakyat yang datang menyerbu Belanda di daerah ini datang dari Banten yang berasal dari daerah Madja, Tejo dan sekitar Rangkas Bitung . Tetapi untuk peristiwa Lengkong yang merupakan perebutan gudang senjata tentara Jepang oleh para taruna Akedemi Militer Tangerang yang dipimpin oleh Mayor Daan Mogot.
Setelah terjadi peristiwa pertempuran Pahlawan Seribu, apa yang Anda terjadi ?
Malamnya, setelah pertempuran yang berlangsung selama satu hari dari jam 8 pagi hingga jam 8 malam itu, Serpong benar-benar sepi dan sunyi. Warga banyak yang pergi karena ketakutan. Namun, saya dan almarhum Jaro Arsyad mulai mengumpulkan dan mengubur jenazah. Jenazah berjumlah 147. Dan dimakamkan ke dalam tiga liang lahat. Kemudian 3 jenazah dimakamkan terpisah oleh warga.
Setelah keadaan kembali normal, para warga membuat sebuah tugu peringatan yang dibangun secara swadaya. Namun, saya prihatin. Tugu tersebut saat ini kian tertutup diantara para pedagang yang berjajar di pertigaan Cisauk.

Jejak Sejarah Pertempuran 5 Hari 5 Malam

1 Januari 1947
DARI RS. Charitas terjadi rentetan tembakan disusul oleh ledakan-ledakan dahsyat kearah kedudukan pasukan kita yang bahu membahu dengan Tokoh masyarakat bergerak dari pos di Kebon Duku (24 Ilir Sekarang) mulai dari Jalan Jenderal Sudirman terus melaju kearah Borsumij, Bomyetty Sekanak, BPM, Talang Semut.
2 Januari 1947
Diperkuat dengan Panser dan Tank Canggih Belanda bermaksud menyerbu dan menduduki markas Tentara Indonesia di Masjid Agung Palembang. Pasukan Batalyon Geni dibantu oleh Tokoh Masyarakat bahu membahu memperkuat barisan mengobarkan semangat jihad yang akhirnya dapat berhasil mempertahankan Masjid Agung dari serangan sporadis Belanda. Pasukan bantuan belanda dari Talang Betutu gagal menuju masjid agung karena disergab oleh pasukan Lettu. Wahid Luddien sedangkan pada hari kedua Lettu Soerodjo tewas ketika menyerbu Javache Bank. Diseberang ulu Lettu. Raden. M menyerbu kedudukan strategis belanda di Bagus Kuning dan berhasil mendudukinya untuk sementara. Bertepatan dengan masuknya pasukan bantuan kita dari Resimen XVII Prabumulih
3 Januari 1947
Pertempuran yang semakin sengit kembali memakan korban perwira penting Lettu. Akhmad Rivai yang tewas terkena meriam kapal perang belanda di sungai seruju. Keberhasilan gemilang diraih oleh Batalyon Geni pimpinan Letda Ali Usman yang sukses menhancurkan Tiga Regu Kaveleri Gajah Merah Belanda. Meskipun Letda Ali Usman terluka parah pada lengan.
Pasukan lini dua kita yang bergerak dilokasi keramat Candi Walang (24 Ilir) menjaga posisi untuk menghindari terlalu mudah bagi belanda memborbardir posisi mereka. Sedangkan pasukan Ki.III/34 di 4 Ulu berhasil menenggelamkan satu kapal belanda yang sarat dengan mesiu. Akibatnya pesawat-pesawat mustang belanda mengamuk dan menghantam selama 2 jam tanpa henti posisi pasukan ini.
Pada saat ini pasukan bantuan kita dari Lampung, Lahat dan Baturaja tiba dikertapati namun kesulitan memasuki zona sentral pertempuran diareal masjid agung dan sekitar akibat dikuasainya Sungai Musi oleh Pasukan Angkatan Laut Belanda.
4 Januari 1947
Belanda mengalami masalah amunisi dan logistik akibat pengepungan hebat dari segala penjuru oleh tentara dan rakyat, sedangkan tentara kita mendapat bantuan dari Tokoh masyarakat dan pemuka adat yang mengerahkan pengikutnya untuk membuka dapur umum dan lokasi persembunyian serta perawatan umum.
Pasukan Mayor Nawawi yang mendarat di keramasan terus melaju ke pusat kota melalui jalan Demang Lebar Daun. Bantuan dari pasukan ke masjid agung terhadang di Simpang empat BPM, Sekanak, dan Kantor Keresidenan oleh pasukan belanda sehingga bantuan belum bisa langsung menuju kewilayah charitas dan sekitar.
Pasukan dari Kebun Duku diperintahkan untuk menyerang Jalan Jawa lama dan 11 Siang telah menyusun barisan berangkat ke kenten. Tiba-tiba dalam perjalanan Kapal Belanda menembaki rumah sekolah yang dihuni oleh Batalyon Geni dan Laskar Nepindo sehingga pihak kita mengalami banyak kerugian dan korban jiwa.
Dalam Cease Fire TKR dan laskar serta badan-badan perlawanan rakyat diperintahkan mundur sejauh 20 KM dari kota palembang atas perintah Komandan Divisi II Kolonel Bambang Utoyo. Sedangkan dikota palembang hanya diperbolehkan pasukan ALRI dan unsur sipil dari RI yang tinggal.
Sumber : sini

Perebutan Sebuah Jembatan

JANGAN membayangkan operasi pemulihan keamanan di Aceh seperti perang antara Amerika Serikat dan Irak yang merupakan perang konvensional. Operasi di Aceh ini adalah pertempuran melawan gerilya yang sporadis, yang tidak terduga kapan terjadinya. Biasanya pertempuran berlangsung jika pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) memukul pertahanan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) atau dihadang oleh gerilyawan GAM dalam suatu patroli.
Salah satu kisah pertempuran yang cukup berkesan di hati prajurit TNI adalah perebutan sebuah jembatan yang melintasi Krueng (Sungai) Tingkeum di Desa Darul Aman, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, sekitar 50 kilometer ke arah barat Kota Lhok Seumawe, Rabu (21/5). Daerah tersebut dikenal sebagai basis pertahanan GAM. Wilayah itu menjadi tanggung jawab Detasemen Pemukul (Denkul) 1 Batalyon 712/Wiratama Manado, Sulawesi Utara, pimpinan Letkol Hipdizar.
Namun, sayangnya wartawan tidak berkesempatan meliput langsung jalannya pertempuran tersebut. Meskipun demikian, perebutan jembatan itu terus menjadi bahan cerita para prajurit selama dua hari wartawan berada di Markas Denkul 1 di Desa Matanggeulumpang, Peusangan.
“Coba kalau wartawan datang kemarin, bisa langsung melihat langsung. Itu pertempuran terbesar sejak kami enam bulan bertugas di sini,” tutur Hipdizar hari Kamis lalu.
JEMBATAN di Desa Darul Aman itu panjangnya sekitar 500 meter dan berkonstruksi baja. Jembatan itu sangat strategis untuk menuju ke pedalaman Bireuen termasuk ke Desa Pante Raya yang merupakan basis GAM. Di tempat tersebut pernah dirayakan milad ke-26 GAM pada 22 Desember 2002. Oleh karena itu, perebutan jembatan menjadi penting bagi TNI untuk dapat menembus pertahanan GAM.
Jembatan tersebut sudah sejak beberapa hari sebelumnya diincar TNI untuk direbut. Namun, tampaknya GAM juga mati-matian mempertahankan jembatannya. Sejumlah bom rakitan diletakkan di sekitar penyambung wilayah itu. Selain itu, sejumlah pohon kelapa pun dirobohkan guna menghalangi orang yang menuju jembatan tersebut. Sekitar 100 meter ke arah selatan jembatan, jalan telah digali selebar tiga meter dengan dalam sekitar dua meter.
Untuk menembus jembatan itu sempat terpikir untuk menggunakan bantuan helikopter karena begitu gencarnya tembakan dari arah seberang. Namun, Denkul 1 tetap berusaha menggunakan kekuatan yang ada. Salah satu yang membuat mereka berhasil menembus jembatan itu adalah penggunaan dua truk Reo yang dilapisi baja antipeluru.
“Truk Reo ini sudah dikenal ditakuti oleh GAM,” ujar Prajurit Kepala Ong Lee, pengemudi salah satu truk Reo, membanggakan truk yang dikemudikannya. Itu diketahuinya dari pembicaraan radio panggil handie talkie (HT) GAM yang frekuensinya ditangkap oleh Denkul 1, di mana GAM membatalkan penghadangan jika truk Reo ini lewat di basis GAM.
Warna kedua truk milik Komando Daerah Militer (Kodam) VII/Wirabuana, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) ini juga lain dari mobil/truk standar TNI yang biasanya hijau polos. Warna dua truk Reo ini loreng hijau, putih, hitam.
Sambil melaju kencang di jembatan, tembakan melalui senapan mesin SMR yang dioperasikan Kopral Dua (Kopda) S Mongkow dan Kopda ABD Haris terus diarahkan ke arah depan. “Selain tembakan, granat-granat yang dilontarkan dengan granate launching machine (GLM) meledak di kiri kanan truk. Tetapi saya terus melaju ke depan,” ujar Ong Lee.
Tidak mudah untuk menembus pertahanan GAM itu. “Apalagi SMR saya sempat macet tiga kali. Buat tentara, hal yang paling mengkhawatirkan adalah jika senjata macet. Namun, teman saya membantu dengan tembakan senapan mesin minimi, sambil saya memperbaiki SMR,” kata Mongkow. Maklum SMR tersebut sudah berumur 29 tahun, sedangkan gerilyawan GAM umumnya menggunakan AK47 versi baru. Pukul 11.00, akhirnya jembatan itu dapat dikuasai dan TNI membuat pos di rumah-rumah kosong dan sekolah yang dibakar.
Tingkat kesulitan perang gerilya memang lebih tinggi dibanding perang konvensional. Dalam konteks ini, berbaurnya GAM dengan masyarakat adalah kesulitan yang mesti dipecahkan. Apalagi di wilayah Denkul 1 itu GAM telah menarik Kartu Tanda Penduduk (KTP) masyarakat sehingga antara GAM dan masyarakat sulit diidentifikasi.
Intel GAM yang dikenal sebagai cantoi yang berada di mana-mana-termasuk duduk-duduk di kedai sekitar pos TNI-juga menyulitkan TNI. “Baru kami mengikat tali sepatu, mereka sudah tahu kami akan jalan dan menyebarkan rencana itu melalui HT. Malah kadang orang yang mentraktir di kedai bertemu di lapangan ketika bertempur,” ujar seorang prajurit.
Belum lagi persoalan bahasa karena umumnya masyarakat berkomunikasi dengan bahasa Aceh. “Kami sudah biasa kalau bertanya ke masyarakat yang dijawab dengan hana teupu (tidak tahu),” ujar Perwira Seksi Operasi Denkul 1 Lettu Wiryanto. Istilah hana teupu itu sudah menjadi istilah yang populer di kalangan prajurit.
Lain halnya pertempuran di Desa Lancuk, Kecamatan Jeumpa, Bireuen, TNI/Polri memang mampu masuk ke wilayah basis-basis GAM, tetapi agak kesulitan untuk menembaki anggota GAM. Hal yang sama terlihat di Desa Teupin Jalo, Kecamatan Samalanga. Masalahnya, anggota GAM yang bertempur tidak begitu melayani ketika TNI/Polri melepaskan tembakan. Kalaupun GAM melayani serangan TNI/Polri, sifatnya hanya kalau mereka terdesak untuk membela diri dan sekaligus melarikan diri. Bahkan, anggota GAM sendiri sudah menggabungkan dirinya dengan warga setempat tanpa menggunakan atribut seragam militernya.
Tidak jarang keluar dari mulut personel pasukan TNI/Polri bahwa GAM pengecut karena tidak berani bertempur secara kesatria menunjukkan jati dirinya. Ketika terjadi pertempuran, biasanya GAM hanya mau melayani sekali-sekali saja. Kalaupun ada serangan balik dari GAM, sifatnya hanya sebagai serangan psikis. Seolah-olah GAM masih kuat dan berani bertempur.
Padahal setiap kali TNI/Polri merangsek ke basis-basis pertahanan GAM, tak ada perlawanan yang berarti. Anggota GAM terlihat justru mundur dan melarikan diri.
Begitulah kesulitan yang terjadi di lapangan. Entah kapan perang gerilya itu akan membuahkan hasil di seluruh Nanggroe Aceh Darussalam.
Sumber : sini

Kisah Perang Brimob Rangers

PERISTIWA PENARIK, MUKO-MUKO, PERTENGAHAN TAHUN 1960
Anton A. Setyawan
Hasil wawancara dengan mantan anggota Kompi A Brimob Rangers. Mei 2008
Peristiwa pertempuran antara dua peleton pasukan dari Kompi A Brimob Rangers pimpinan Aiptu Ketut Wahadi dengan satu batalyon pemberontak PRRI/Permesta. Seperti kita ketahui, tahun 1958 muncul pemberontakan PRRI/Permesta dengan pusat di Pekanbaru dan Padang yang dimotori oleh beberapa perwira menengah Angkatan Darat di Sumatera. Inti dari pemberontakan ini adalah ketidakpuasan dengan kebijakan pemerintah pusat di Jakarta.
Pemberontakan dalam skala besar sudah berhasil ditumpas dengan operasi Tegas dan Operasi 17 Agustus. Pada akhir tahun 1958, semua kota besar di Sumatera, baik Pekanbaru dan Padang sudah kembali ke pangkuan RI, selain itu banyak dari pasukan pemberontak yang menyerah. Namun demikian, sampai dengan tahun 1961 banyak sisa pasukan pemberontak PRRI. Salah satunya batalyon yang dipimpin Letkol Nawawi yang bergerilya di hutan pedalaman Sumatera. Batalyon ini dipersenjatai dengan senjatasenjata bantuan dari Amerika Serikat pada awal 1958. Para prajurit Infanteri Sumatera ini semuanya memegang senjata M1 Garrand, M1 Karabin (Jungle Lipat), senjata otomotatis Thompson, senjata berat mortir 60 mm dan 80 mm.
2 peleton Kompi A Brimob Rangers didaratkan di kawasan pantai Ipoh pada
bulan Mei 1960 dengan kapal pendarat milik Polairud dengan kode lambung 801. Seperti standar pendaratan operasi ampibi, pendaratan diawali dengan tembakan senapan mesin 12,7 dari kapal pendarat untuk memastikan tidak ada pemberontak yang menguasai pantai. Setelah penembakan dilakukan, baru satu kompi pasukan Brimob Rangers mendarat dengan aman. Kompi A Brimob Rangers ini dikirim ke Sumatera untuk memback up Brimob Bengkulu yang beberapa minggu sebelumnya di bantai oleh 1 batalyon Nawawi. Satu batalyon Brimob Bengkulu ini mengalami jumlah korban yang sangat besar karena serangan mendadak (raid) dari pemberontak PRRI. Markas Brimob Bengkulu ini sudah mengibarkan bendera putih tanda menyerah dan di dalam markas hanya tinggal tersisa beberapa anggota yang selamat dari serangan dadakan tersebut.
Pasca pendaratan 2 kompi Brimob Rangers melakukan konsolidasi di pantai dan langsung mengejar gerombolan pemberontak yang berlokasi di kecamatan Ipoh. Mereka kemudian bergabung dengan satu batalyon TNI AD dari Pekanbaru dibawah komando Letkol Dani Effendi. Oleh Danyon Letkol Dani Effendi, Brimob Rangers difungsikan sebagai peleton pengintai dengan jarak 5 kilometer di depan Batalyon Infanteri.
Masuk perbatasan Sumatera Selatan, peleton 1 bertemu dengan kompi terakhir Batalyon Ahmad Lubis, dan terjadi kontak senjata pertama. Anehnya, posisi peleton 1 justru mengejar satu kompi pemberontak. Pada saat hari menjelang malam, ada teriakan dari pasukan pemberontak “Istirahat makan….!!!”. Sangat aneh, pada saat kontak senjata seru, musuh menyerukan untuk istirahat dulu. Permintaan ini dituruti oleh Danton 1 Brimob Rangers karena kedua pasukan dihalangi sungai sehingga kesulitan untuk menyeberang, selain itu pasukan butuh istirahat setelah hampir beberapa hari bergerak sambil terus melakukan kontak senjata.
Pada akhirnya, peleton 1 sampai di daerah Penarik, Muko-Muko (saat ini menjadi daerah transmigran). Pada jam 17.00, Agen Polisi Ristoyo mendengar kokok ayam jantan ditengah hutan. Hal ini aneh karena biasanya yang terdengar adalah ayam hutan. Setelah melapor pada danton, dua prajurit Rangers dari peleton 1 merayap menuju arah suara tersebut, ternyata Kompi staf batalyon dan beberapa kompi lain dari pemberontak sedang beristirahat. Musuh yang beristirahat diperkirakan berjumlah 300 orang, mereka sedang menunggu giliran menyeberang sungai.
Peleton 1 segera mengambil posisi menyerang. Pada saat itu (tahun 1960) Brimob Rangers menggunakan senjata M1 karabin (jungle riffle), sub-machine gun Carl Gustav dan bren MK3. Persenjataan dan posisi pasukan dipersiapkan oleh Danton sebaik mungkin. Kemudian, danton memberikan komando,tembak….!!!maka desing peluru dari senapan anggota peleton 1 berhamburan. Pada tembakan magasin pertama, mereka masih membidik dengan baik sesuai dengan teori. Namun pada magasin kedua dan selanjutnya penembakan reaksi lebih banyak dilakukan, karena pertempuran terjadi pada jarak dekat, selain itu hari sudah malam sehingga posisi musuh hanya bisa diketahui dari bunyi tembakan balasan mereka.
Pada awal posisi pertempuran, jarak antara pasukan musuh dengan peleton 1 Brimob Rangers sekitar 300 meter, namun yang terjadi kemudian adalah pertempuran jarak dekat. Jarak antara pasukan Brimob Rangers dan musuh hanya sekitar 5-6 meter. Pertempuran yang terjadi tanpa ada garis pertahanan. Balasan dari musuh dengan berbagai senjata ringan sangat hebat, namun tampaknya mental bertempur mereka sudah jatuh karena banyak perwira yang tewas. Akhirnya setelah 1,5 jam, pertempuran usai dan musuh mundur. Peleton 1 tidak mengejar karena anggota pasukan kelelahan.
Setelah mengatur giliran jaga, anggota peleton 1 tidur di lokasi yang sebelumnya menjadi medan pertempuran.
Pagi harinya, anggota peleton 1 menghitung jumlah korban dan senjata yang ditinggalkan. Ada sekitar 60 mayat pasukan musuh dan ada sekitar 10 perwira yang tewas. Senjata yang ditinggalkan adalah puluhan M1 Garrand (pada awal 60-an senjata ini dianggap sangat canggih), mortir dan bazooka. Para anggota peleton 1 Brimob Rangers lega, karena musuh tidak sempat menggunakan senjata-senjata tersebut. Jika senjata itu digunakan ceritanya bisa lain. Agen Polisi Kartimin, terkaget-kaget karena tempat yang ditidurinya semalam dekat dengan mayat pemberontak. Dalam pertempuran ini tidak ada satu pun prajurit Brimob Rangers yang menjadi korban.


MENYUSUP KE BELAKANG GARIS PERTAHANAN MUSUH DALAM OPERASI MANDALA/TRIKORA DARI PEMBURU MENJADI YANG DIBURU
Operasi Mandala yang dipimpin oleh Mayjend Soeharto adalah sebuah operasi militer sebagai jalan terakhir menyelesaikan masalah Irian yang ditunda oleh Belanda dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949. Dalam operasi gabungan ini, semua unsur dari Angkatan Bersenjata dikerahkan. Angkatan Darat yang dimotori oleh RPKAD, Banteng Raiders dan beberapa unsur Divisi Siliwangi beserta Pasukan Gerak Tjepat (sekarang Pasukan Khas) TNI AU disusupkan dengan penerjunan ke beberapa wilayah di Irian Jaya. Pasukan Marinir disiapkan di Ambon untuk melakukan pendaratan ampibi, jika pertempuran frontal terjadi.
Pasukan Brimob dari beberapa Polda dan Resimen Pelopor menjadi bagian dari RTP 1 (Resimen Tempur) 1 yang akan disusupkan ke daerah Fak-Fak, Papua. Anggota Resimen Pelopor yang menjadi inti dari RTP 1 terdiri dari 60 orang, yang sebagian besar berasal darii Kompi A. Mereka sudah menggunakan senjata AR 15 yang dibagikan pada tahun 1961, pada saat operasi Gerakan Operasi Militer (GOM) IV di Aceh tahun 1961.
Pasukan berangkat dari Tanjung Priok Jakarta pada bulan Februari 1962. Mereka berangkat menuju Ambon yang menjadi salah satu pusat komando operasi Mandala.
Setelah sampai di Ambon, pasukan dibagi lagi menjadi detasemen-detasemen kecil. Pasukan Brimob dari beberapa Polda dipecah untuk disusupkan ke beberapa wilayah dan sebagian menjadi petugas radio dan transportasi. Petugas transportasi yang dimaksud adalah menjadi pengendali perahu motot kecil yang digunakan untuk menyusup ke wilayah lawan. Pasukan dari Resimen Pelopor tidak dipecah karena mereka memiliki misi khusus yaitu melakukan serangan demolisi (penghancuran) instalansi milik Belanda.
Sesampai di Ambon, 60 orang anggota Menpor dipindahkan ke kapal nelayan untuk berangkat ke Pulau Gorom di kawasan Kepulauan Kei. Maluku. Pulau Gorom adalah pulau tidak berpenghuni yang hanya berisi pohon pala. Mereka menunggu di pulau itu menunggu perintah infiltrasi. Pada bulan April 1962, perintah untuk mendarat di Fak-Fak datang, dan segera dipersiapkan perahu kecil untuk melakukan pendaratan. Misi pendaratan ini bukan pendaratan ampibi, melainkan infiltrasi sehingga perahu pun disamarkan dengan perahu nelayan.
Jarak antara Pulau Gorom dengan daratan Fak-Fak hanya 4 jam pelayaran, sehingga tidak dibutuhkan waktu lama untuk sampai di daratan Fak-Fak. 60 pasukan Menpor mendarat di Fak-Fak pada pukul 03.00 pagi. Pasukan ini mendapatkan “sambutan hangat” dari Angkatan Laut Kerajaan Belanda, berupa tembakan meriam dari arah lautan. Rupanya penyusupan tersebut diketahui oleh AL Belanda. Tembakan kanon dari kapal AL Belanda mengenai garis pantai sehingga pasukan kocar-kacir.
Mereka juga tidak mampu membalas karena hanya membawa senjata ringan AR 15 dan granat tangan. Pertempuran yang tidak seimbang itu hanya berlangsung beberapa menit, namun segera diketahui akibatnya. 20 anggota Menpor salah arah dan langsung menuju markas musuh, mereka akhirnya ditawan. 40 sisanya terpencar tidak karuan.
Pasukan Menpor yang terpecah itu kemudian kehilangan kontak karena semua peralatan komunikasi rusak akibat pemboman. Masing-masing kelompok terpecah menjadi 4 sampai 8 orang dan berasal dari regu yang berbeda-beda. Mereka kehilangan kontak dengan pasukan induk, tidak mempunyai dukungan logistic dan berada di daerah lawan. Hampir semua anggota Menpor yang berada dalam situasi itu, ketika diwawancarai yakin bahwa mereka pasti mati. Perintah dari komandan operasi pasukan Menpor tidak boleh menembak kecuali dalam kondisi tidak bisa menghindari musuh.
Pasukan yang tercerai berai itu masih “dihadiahi” Belanda dengan pemboman dari laut dan tembakan senapan mesin dari pesawat tempur/ Ajun Brigadir Wagiyo mengingat saat itu, sebagai jam tanda bangun pagi yaitu suara meriam dan mereka harus segera mencari perlindungan. Pesawat tempur yang terbang rendah (waktu itu Belanda masih menggunakan pesawat baling-baling) adalah gangguan lain yang memaksa pasukan Menpor bersembunyi dengan baik.
Ajun Brigadir Kartimin mengingat, pada saat itu sering keliru mengira pesawat Belanda sebagai pesawat dari TNI AU yang menerjunkan logistic. Ia menunggu makanan yang datang adalah peluru senapan mesin dan kadang-kadang roket udara ke darat.
Logistik dari TNI AU sebenarnya sering datang, namun lokasi penerjunan logistic lebih dekat ke wilayah musuh daripada di hutan.
Pasukan Menpor yang ditawan Belanda mempunyai “kesibukan” sendiri, setiap pagi mereka harus melakukan senam militer dan kadang-kadang senam tersebut dilakukan semakin mendekati garis pantai. Mereka harus bersenam sambil melakukan gaya injak-injak air.
Beberapa anggota Menpor yang terpencar sempat kepergok oleh patroli AD
Belanda dan terjadi kontak senjata. Pasukan Menpor tersebut bisa menewaskan 11 anggota pasukan Infanteri Belanda dan seorang perwira infanteri berpangkat Letnan Dua.
Setelah melakukan kontak mereka segera bersembunyi untuk menghindari kejaran pasukan yang lebih besar. Pasukan Menpor akhirnya bisa melakukan konsolidasi setelah gencatan senjata disepakati pada Bulan Mei 1962. Pasukan akhirnya dikonsolidasikan dan ditarik ke kapal perang milik TNI AL. Sebagian besar anggota Menpor yang belum sempat kontak senjata dengan Belanda merasa kecewa karena amunisi yang mereka bawa belum sempat dipergunakan, padahal mereka sudah  merasakan hantaman meriam dan roket Belanda.
Mereka juga beranggapan sangat tidak enak menjadi buruan musuh, karena pada operasi militer sebelumnya mereka selalu memburu musuh.
Sumber : sini

Kisah Pertempuran di Kamal

PERISTIWA perlawanan yang heroik dari Letnan Ramli di Kamal dan kawan-kawannya memberi kesan kepada Belanda bahwa semangat perjuangan Rakyat Madura sangat tinggi dan tetap bergelora, begiru juga perlawanan dari daerah -daerah lain juga meluap-luap.
GUGURNYA LETNAN R. MOHAMMAD RAMLI
Pada hari jum’at tanggal 5 Juli 1946, sekitar pukul 08:00 terlihat enam buah tank amphibi dan dilindungi oleh tiga buah pesawat udara jenis Mustang menuju Kamal, dan pesawat udara tersebut menembaki daerah pantai, dan pesawat udara tersebut menembaki daerah pantai yang diduga terdapat pos-pos pertahanan kita, yang kemudian 6 buah tank amphibi Belanda terbagi dua menuju sasaran daerah pelabuhan DKA dan pelabuhan Pier Timur.
Letnan R. Mohammad Ramli dengan kejadian yang dihadapinya memerintahkan kepada anggota Seksinya melalui Komandan Regunya untuk tetap mempertahankan pos-posnya sekuat mungkin jangan sampai tentara Belanda dapat mendarat.
Perlu diketahui Mohammad Ramli adalah seorang Perwira BKR dengan pangkat Letnan, yang dipercaya untuk memimpin Seksi I Kompi IV Batalyon III Resimen Madura Barat, dibawah pimpinan Mayor Mohammad Imbran dan bertugas untuk mempertahankan daerah pantai Kamal, Pier Timur dan Jungjate.
Tiga buah tank amphibi telah dapat mendarat dan menuju/melalui pelabuhan Pier Timur ke darat dengan mengeluarkan tembakan-tembakan dan dalam hal tersebut Letnam R. Mohammad Ramli memimpin Seksinya untuk menghadapi jangan sampai mendarat. Dengan kekuatan dua regu yang bersenjatakan campuran dan diperkuat satu pucuk PSU kaliber 7 mm dan satu pucuk MG kaliber 7,7 mm dapat membalas tembakan-tembakan dari tiga tank amphibi tersebut.
Karena kekuatan senjata yang tidak seimbang terpaksa sebagian regunya diperintahkan untuk mundur dan melindungi sebagian regu lainnya dibawah pimpinan Letnan R. Mohammad Ramli yang menpertahankan pintu masuk dari Pier Timur dengan bersenjatakan pistol, keris dan pedang.
Dalam mempertahankan pintu Pier Timur tersebut, Letnan R. Mohammad Ramli dengan sebagian anggota regunya tetap melakukan tembak-menembak dengan tank amphibi terdepan dan akhirnya Letnan R. Mohammad Ramli berusaha naik ke atas tank amphibi dan tertembak sehingga gugur.
Di lain pos-pos pertahanan di daerah Pelabuhan DKA sebelah Barat mereka masih dapat melakukan perlawanan-perlawanan sehingga pihak Belanda tidak meneruskan penyerangannya lebih jauh ke daratan di Kamal. Dan sekitar pukul 13:00 tentara Belanda kembali ke Surabaya.
Almarhum R. Mohammad Ramli telah gugur, atas permintaan keluarganya (Ayah dan Ibunya) dimakamkan di pemakaman Asta Tinggi Sumenep, makam keluarga raja-raja Sumenep.
KERUGIAN KITA DALAM PERTEMPURAN KAMAL
Personel yang gugur :
  1. Letnan Satu R. Mohommad Ramli
  2. Letnan Abdullah (Sampang)
  3. Letnan Singosastro (Bangkalan)
  4. Tamtama Timbang (Kamal)
  5. Tamtama Bunadin (Kamal)
  6. Tamtama Reken (Kamal)
  7. Tamtama Lawi (Kamal)
  8. Tamtama Jalal (Kamal)
  9. Tamtama Munir (Kamal)
Personel yang luka :
  1. Letnan Saleh (Sumenep)
  2. Letnan Haris (Sumenep)
  3. Tamtama Kasidin (Kamal)
  4. Tamtama Hanan (Kamal)
  5. Tamtama Junus (Kamal)
  6. Tamtama Na’im (Kamal)
  7. Pimpinan DKA Sarmani (Surabaya)
  8. Tamtama yang namanya tidak dikenal (Ketapang/Sampang)
Materiil yang dirampas :
  1. MG kaliber 7,7 mm, satu pucuk
  2. Mesin Tulis
  3. Kendaraan Sedan
  4. Barang-barang milik Kepolisian Kamal
Belanda dapat menangkap empat orang yang masing-masing bernama :
  1. Norimin, berasal dari Desa Baturubuh Kecamatan Kamal
  2. Marzuki, berasal dari agency Kamal
  3. Pak Ramjis, berasal dari Desa Kamal
  4. Pak Roji, bersak dari Desa Kamal
KERUGIAN TENTARA BELANDA
Dari pihak Belanda tidak diketahui berapa jumlah yang jatuh korban, dan menurut keterangan beberapa orang korban, mereka diangkut dan dimasukkan ke dalam tank amphibi.
GUGURNYA LETNAN SINGOSASTRO DI PELABUHAN DKA KAMAL
Batalyon III dari Resimen 35 (Resimen 5 Madura barat) yang berkedudukan di kamal bermarkas di Rumah Dinas DKA Kamal, telah menempatkan senjata mitraliurnya di pertigaan sebelah Barat Masjid Jamik Kamal. Senjata tersebut dipertanggungjawabkan kepada Letnan Hasiri dan anggotanya, antara lain Kopral Wani dengan beberapa anggota lainnya.
Mitraliur itu diarahkan ke Timur untuk menjaga kemungkinan datangnya musuh yang diperkirakan menyerang dari arah Timur. Letnan Singosastro yang dibantu oleh Kopral Buhari dan Amrun ditugaskan untuk penarikan bom-bom tarik yang ditanam sebelumnya, berada disebelah Barat pertahanan Letnan Hasiri tersebut, dan penanaman bom-bom itu telah menjadi siasat pertahanan pantai untuk mencegah sewaktu-waktu musuh mengadakan pendaratan atau pengintaian di pantai.
Sebelum pendaratan tentara Belanda dimulai, mereka telah mengeluarkan tembakan gencar dari laut. Dan saat terjadinya tembakan tersebut, Letnan Abdullah pada waktu itu berada di sekitar Stasiun DKA Kamal untuk pulang ke Pamekasan dan ia sempat menanyakan kepada Kopral Buhari yang sedang bersiap-siap untuk penarikan bom-bom. Dengan terjadinya serangan tersebut Letnan Abdullah masih berkeinginan untuk melihatnya dan tidak lama kemudian tentara Belanda telah berada di muka pertahanan dengan bergerak maju di dekat gerbong kereta api dengan mengeluarkan tembakan menuju ke pertahanan kita.
Dengan terjadinya serangan tersebut mitraliur yang semula digerakkan ke Timur diubah arahnya ke Selatan dan terus mengadakan tembakan pembalasan terhadap serangan tentara Belanda sampai kehabisan peluru. Sedang Letan Singosastro sendiri pada waktu itu sedang sibuk untuk meledakkan bom-bomnya, namun kesemuanya tidak meledak tanpa diketahui sebabnya. Letnan Singosastro dengan gagalnya bom-bom yang tidak meledak itu dengan segala upaya masih sempat minta sisa granat dari Kopral Buhari dan granat dilemparkan ke sasaran musuh namun granat itu tidak meledak juga, dan Letnan Singosastro dalam keadaan panik masih berteriak ke bagian mitraliur yang sedang kehabisasn peluru untuk melanjutkan tembakannya sampai ia tertembak oleh musuh dan meninggal ditempat.
Letnan Hasiri sendiri selaku penanggung jawabdari mitraliur masih sempat mengundurkan diri termasuk para anggotanya yang lain ke jurusan Utara untuk bergabung dengan Markas Batalyonnya. Tentara Belanda masih terus melanjutkan serangannya ke Utara disekitar rel kereta api untuk menguasai daerah pertahanan Kamal.
Adanya korban dipihak kita sebagaimana tersebut diatas dan jenazahnya dikebumikan di Pongkoran dekat dengan Stasiun Kereta Api (sekarang dipindah di Taman Makam Pahlawan Jl. Soekarno Hatta Bangkalan).
Sehari setelah peristiwa Letnan Ramli dan Letnan Singosastro itu, Belanda datang kembali ke Kamal dengan Komandan Mayor Smith beserta stafnya dan sempat berunding dengan satu Tim yang diketuai oleh Kahar Sosrodanukusumo sebagai Utusan Pemerintah Madura dengan para anggota R.A. Ruslan Cakraningrat, Mr. Sis Cakraningrat, R. Abdul Rasyid dan Zainal Alim. Pemintaan Belanda untuk melakukan barter dengan Pemerintah Madura ditolak mentah-mentah oleh Tim.
Sejak itu Belanda memperhebat gangguan provokasi dan memperkuat blokade ekonomi. Pada bulan Pebruari 1947, satu pleton tentara Belanda mendarat di Kamal lagi dan melancarkan tembakan-tembakan gencar terhadap Markas Tentara Nasional Indonesia setempat. Batalyon Imbran sejak itu bubar dan daerah Batuporron, Kamal dan Tanjung Piring diambil alih pertahanannya oleh Batalyon Hanafi (disebut Batalyon I Resimen 35).
Dikutip dari : Buku Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di Madura

Dewan Banteng dan PRRI

WALAUPUN antara Dewan Banteng yang dibentuk tanggal 20 Desember  1956, 52 tahun yang lalu, dan Pemerintah  Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang diproklamirkan oleh Dewan Perjuangan (bukan oleh Dewan Banteng) tanggal 15 Pebruari 1958, 50 tahun yang lalu, ibarat mata uang logam yang satu sisinya hampir sama dengan sisinya yang lain, namun berbeda tujuan, “seiring batuka jalan”.
Maksudnya walaupun Ahmad Husein sebagai Ketua Dewan Banteng di satu sisi, tetapi di sisi lain Ahmad Husein sebagai Ketua Dewan Perjuangan yang memproklamasikan PRRI. Dewan Banteng dibentuk bertujuan untuk membangun Daerah sedangkan PRRI membentuk Pemerintahan tandingan melawan Pemerintah Jakarta yang sah waktu itu.
Gagasan membentuk Dewan Banteng timbul di Jakarta pada 21 September 1956 dari sejumlah Perwira Aktif dan Perwira Pensiunan bekas Divisi IX Banteng di Sumatera Tengah dulu setelah mereka melihat nasib dan keadaan tempat tinggal para prajurit yang dulu berjuang mempertahankan kemerdekaan dalam perang Kemerdekaan melawan Belanda tahun 1945 -1950, keadaan Kesehatan amat sederhana, anak-anak mereka banyak yang menderita penyakit dan kematian.
Ada asrama yang ditinggalkan oleh KNIL (tentera Belanda), akan tetapi tidak mencukupi, karena jumlah mereka yang banyak. Para perwira aktif dan perwira pensiunan dari eks. Divisi Banteng juga melihat nasib masyarakat yang semakin jauh dari janji-janji dalam perang Kemerdekaan, hidup mereka semakin susah,tidak bertemu janji keadilan dan kemakmuran bersama itu.Pemerintah Pusat lebih mementingkan Daerah Pulau Jawa ketimbang Daerah diluar pulau Jawa dalam hal pembagian “kue” pembangunan, sedang daerah di luar pulau Jawa adalah penghasil devisa yang terbanyak.
Pertemuan sejumlah perwira aktif dan perwira pensiunan eks. Divisi Banteng di Jakarta itu kemudian dilanjutkan dengan mengadakan Reuni di Padang dari perwira-perwira aktif dan pensiunan eks. Divisi Banteng pada tanggal 20 –24 Nopember 1956 yang pada pokoknya membahas masaalah politik dan sosial ekonomi rakyat di Sumatera Tengah. Reuni yang dihadiri oleh sekitar 612 orang perwira aktif dan pensiunan dari eks. Divisi Banteng itu akhirnya membuat sejumlah keputusan yang kemudian dirumuskan di dalam tuntutan Dewan Banteng.
Untuk melaksanakan keputusan-keputusan Reuni itu,maka dibentuklah suatu Dewan pada tanggal 20 Desember 1956 yang dinamakan “ Dewan Banteng”mengambil nama Banteng dari Divisi Banteng yang sudah dibubarkan. Di dalam perang Kemerdekaan tahun 1945 -1950 melawan Belanda dulu di Sumatera Tengah dibentuk sebuah Komando militer yang dinamakan dengan Komando Divisi IX Banteng.
Sesudah selesai perang Kemerdekaan dan Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia pada tanggal 27 Desember 1950, maka Komando Divisi Banteng ini diciutkan dengan mengirim pasukan-pasukannya ke luar Sumatera Tengah seperti ke Pontianak, Ambon, Aceh dan Jawa Barat. Pengalaman yang sangat menyedihkan dialami oleh Batalyon “Pagar Ruyung” yang sesudah bertugas di Ambon, lima dari delapan kompinya dipindahkan ke Jawa Barat. Pasukannya dilebur ke dalam Divisi Siliwangi dan hubungan dengan induk pasukannya Divisi Banteng diputus.
Terjadi berbagai hal sehingga ada yang meninggal dunia dan ditahan. Komando Divisi Banteng makin lama makin diciutkan, sehingga akhirnya tinggal satu Brigade yang masih memakai nama Brigade Banteng, di bawah pimpinan Letkol Ahmad Husein. Kemudian pada bulan April 1952 Brigade Banteng diciutkan menjadi satu Resimen yang menjadi Resimen Infanteri 4 di dalam Komando Tentera Teritorium (TT) I Bukit Barisan (BB) di bawah Komando Panglimanya Kolonel Simbolon.Letkol. Ahmad  Husein diangkat kembali menjadi Komandan Resimen Infanteri 4 TT I BB itu.
Pemecahan Batalion-batalion dan pembubaran Komando Divisi Banteng itu
menimbulkan bibit-bibit dendam dari para pejuang perang Kemerdekaan melawan Belanda yang bernaung di bawah panji-panji Divisi Banteng itu. Pengurus Dewan Banteng terdiri dari 17 orang, yang terdiri dari 8 orang perwira aktif dan pensiunan, 2 orang dari Kepolisian dan 7 orang lainnya dari golongan sipil, ulama, pimpinan politik, dan pejabat.
Lengkapnya susunan Pengurus Dewan Banteng itu adalah : Ketua,Letkol, Ahmad Husein,Komandan Resimen Infanteri 4, Sekretaris Jenderal Mayor (Purn)Suleman, Kepala Biro Rekonstruksi Nasional Sumatera Tengah, sedangkan anggota-anggotanya adalah Kaharuddin Datuk Rangkayo Basa, Kepala Polisi Sumatera Tengah, Sutan Suis, Kepala Polisi Kota Padang, Mayor Anwar Umar, komandan Batalion 142 Resimen 4. Kapten Nurmatias Komandan Batalyon 140, Resimen Infanteri 4. H. Darwis Taram Dt. Tumanggung, Bupati 50 Kota, Ali Luis Bupati d/p di Kantor Gubernur Sumatera Tengah, Syekh Ibrahim Musa Parabek Ulama, Datuk Simarajo, Ketua Adat (MTKAAM).
Kolonel (Purn) Ismael Lengah, Letkol (Purn) Hasan Basri (Riau), Saidina Ali Kepala Jawatan Sosial Kabupaten Kampar, Riau, Letnan Sebastian Perwira Distrik Militer 20 Indragiri, Riau, A. Abdulmanaf, Bupati Kabupaten Merangin, Jambi, Kapten Yusuf Nur, Akademi Militer, Jakarta dan Mayor Syuib, Wakil Asisten II Staf Umum Angkatan Darat di Jakarta.
Selain itu Dewan Banteng didukung oleh segenap Partai Politik, kecuali Partai Komunis Indonesia (PKI), juga didukung oleh segenap lapisan masyarakat seperti para pemuda, alim ulama, cadiak pandai, kaum adat sehingga waktu itu lahirlah semboyan,” timbul tenggelam bersama Dewan Banteng”. (***)
Oleh : Syafri Segeh
Sumber

Sejarah Kabupaten Karo Zaman Kemerdekaan

Kabar-kabar angin bahwa Belanda akan melancarkan agresi I militernya terhadap Negara Kesatuan Republik  Indonesia kian semakin santer, puncaknya, pagi tanggal 21 Juli 1947, Belanda melancarkan serangan ke seluruh sektor pertempuran Medan Area. Serangan ini mereka namakan “Polisionel Actie” yang sebenarnya suatu agresi militer terhadap Republik Indonesia yang usianya baru mendekati 2 tahun.
Pada waktu kejadian itu Wakil Presiden Muhammad Hatta berada di Pematang Siantar dalam rencana perjalanannya ke Banda Aceh. Di Pematang Siantar beliau mengadakan rapat dengan Gubernur Sumatera  Mr. T. Muhammad Hasan. Dilanjutkan pada tanggal 23 Juli 1947 di Tebing Tinggi. Pada arahannya dengan para pemimpin-pemimpin perjuangan,  wakil presiden memberikan semangat untuk terus bergelora melawan musuh dan memberi petunjuk dan arahan menghadapi agresi Belanda yang sudah dilancarkan 2 hari sebelumnya. Namun Wakil Presiden membatalkan perjalanan ke Aceh dan memutuskan kembali ke Bukit Tinggi, setalah mendengar jatuhnya Tebing Tinggi, pada tanggal 28 Juli  1947. Perjalanan Wakil Presiden berlangsung di tengah berkecamuknya pertempuran akibat adanya serangan-serangan dari pasukan Belanda.
 Pejuang kemerdekaan
Rute yang dilalui Wakil Presiden adalah Berastagi-Merek-Sidikalang-Siborong-borong-Sibolga-Padang Sidempuan dan Bukit Tinggi. Di Berastagi, Wakil Presiden masih sempat mengadakan resepsi kecil ditemani Gubernur Sumatera Mr. T. Muhammad Hasan, Bupati Karo Rakutta Sembiring dan dihadiri Komandan Resimen I Letkol Djamin Ginting’s, Komandan Laskar Rakyat Napindo Halilintar Mayor Selamat Ginting, Komandan Laskar Rakyat Barisan Harimau Liar (BHL) Payung Bangun dan para pejuang lainnya, di penginapan beliau Grand Hotel Berastagi. Dalam pertemuan itu wakil presiden memberi penjelasan tentang situasi negara secara umum dan situasi khusus serta hal-hal yang akan dihadapi Bangsa Indonesia pada masa-masa yang akan datang.
Selesai memberi petunjuk, kepada beliau ditanyakan kiranya ingin kemana, sehubungan dengan serangan Belanda yang sudah menduduki Pematang Siantar dan akan menduduki Kabanjahe dan Berastagi. Wakil Presiden selanjutnya melakukan: “Jika keadaan masih memungkinkan, saya harap supaya saudara-saudara usahakan, supaya saya dapat ke Bukit Tinggi untuk memimpin perjuangan kita dari Pusat Sumatera”.
Setelah wakil presiden mengambil keputusan untuk berangkat ke Bukit Tinggi via Merek, segera Komandan Resimen I, Komandan Napindo Halilintar dan Komandan BHL, menyiapkan Pasukan pengaman. Mengingat daerah yang dilalui adalah persimpangan Merek, sudah dianggap dalam keadaan sangat berbahaya.
Apabila Belanda dapat merebut pertahanan kita di Seribu Dolok, maka Belanda akan dengan mudah dapat mencapai Merek, oleh sebab itu kompi markas  dan sisa-sisa pecahan pasukan yang datang dari Binjai, siang harinya lebih dahulu dikirim ke Merek. Komandan Resimen I Letkol Djamin, memutuskan, memerlukan Pengawalan dan pengamanan wakil presiden, maka ditetapkan satu pleton dari Batalyon II TRI Resimen I untuk memperkuat pertahanan di sekitar gunung Sipiso-piso yang menghadap ke Seribu Dolok, oleh Napindo Halilintar ditetapkan pasukan Kapten Pala Bangun dan Kapten Bangsi Sembiring.
Sesudah persiapan rampung seluruhnya selesai makan sahur, waktu itu kebetulan bulan puasa, berangkatlah wakil presiden dan rombongan antara lain: Wangsa Wijaya (Sekretaris Priadi), Ruslan Batangharis dan Williem Hutabarat (Ajudan), Gubernur Sumatera Timur Mr. TM. Hasan menuju Merek. Upacara perpisahan singkat berlangsung menjelang subuh di tengah-tengah jalan raya dalam pelukan hawa dingin yang menyusup ke tulang sum-sum.
Sedang sayup-sayup terdengar tembakan dari arah Seribu Dolok, rupanya telah terjadi tembak-menembak antara pasukan musuh / Belanda dengan pasukan-pasukan kita yang bertahan di sekitar Gunung Sipiso-piso.
Seraya memeluk Bupati Tanah Karo Rakutta Sembiring, wakil presiden mengucapkan selamat tinggal dan selamat berjuang kepada rakyat Tanah Karo. Kemudian berangkatlah wakil presiden dan rombongan, meninggalkan Merek langsung ke Sidikalang untuk selanjutnya menuju Bukit Tinggi via Tarutung, Sibolga dan Padang Sidempuan.
Sementara itu, keadaan keresidenan Sumatera Timur semakin genting, serangan pasukan Belanda semakin gencar. Akibatnya, ibu negeri yang sebelumnya berkedudukan di Medan pindah ke Tebing Tinggi.
Bupati Rakutta Sembiring, juga menjadikan kota Tiga Binanga menjadi Ibu negeri Kabupaten Karo, setelah Tentara Belanda menguasai Kabanjahe dan Berastagi, pada tanggal 1 Agustus 1947.
Namun sehari sebelum tentara Belanda menduduki Kabanjahe dan Berastagi, oleh pasukan bersenjata kita bersama-sama dengan rakyat telah melaksanakan taktik bumi hangus, sehingga kota Kabanjahe dan Berastagi beserta 51 Desa di Tanah Karo menjadi lautan Api.
Taktik bumi hangus ini, sungguh merupakan pengorbanan yang luar biasa dari rakyat Karo demi mempertahankan cita-cita luhur kemerdekaan Republik Indonesia. Rakyat dengan sukarela membakar apa saja yang dimiliki termasuk desa dengan segala isinya.
Kenyataan itu telah menyebabkan wakil presiden mengeluarkan keputusan penting mengenai pembagian daerah dan status daerah  di Sumatera Utara  yang berbunyi sebagai berikut:
“Dengan surat ketetapan Wakil Presiden tanggal 26 Agustus 1947 yang dikeluarkan di Bukit Tinggi, maka daerah-daerah keresidenan  Aceh, Kabupaten Langkat, kabupaten Tanah Karo, dijadikan satu daerah pemerintahan militer dengan Teungku Mohammad  Daud Beureuh sebagai Gubernur Militer. Sedangkan daerah-daerah keresidenan Tapanuli, Kabupaten Deli Serdang, Asahan dan Labuhan Batu menjadi sebuah daerah pemerintahan Militer dengan Dr. Gindo Siregar sebagai Gubernur Militer. Masing-masing Gubernur Militer itu diangkat dengan Pangkat Mayor Jenderal.
Selanjutnya melihat begitu besarnya pengorbanan rakyat karo ini, wakil presiden Drs. Mohammad Hatta menulis surat pujian kepada rakyat Karo dari Bukit Tinggi pada tanggal 1 Januari 1948. Adapun surat wakil presiden tersebut selengkapnya sebagai berikut:
Bukittinggi, 1 Januari 1948
“Kepada Rakyat Tanah Karo Yang Kuncintai”.
Merdeka!
Dari jauh kami memperhatikan perjuangan Saudara-saudara yang begitu hebat untuk mempertahankan tanah tumpah darah kita yang suci dari serangan musuh. Kami sedih merasakan penderitaan Saudara-saudara yang rumah dan kampung halaman habis terbakar dan musuh melebarkan daerah perampasan secara ganas, sekalipun cease fire sudah diperintahkan oleh Dewan Keamanan UNO.
Tetapi sebaliknya kami merasa bangga dengan rakyat yang begitu sudi berkorban untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan kita.
Saya bangga dengan pemuda Karo yang berjuang membela tanah air sebagai putra Indonesia sejati. Rumah yang terbakar, boleh didirikan kembali, kampung yang hancur dapat dibangun lagi, tetapi kehormatan bangsa kalau hilang susah menimbulkannya. Dan sangat benar pendirian Saudara-saudara, biar habis segala-galanya asal kehormatan bangsa terpelihara dan cita-cita kemerdekaan tetap dibela sampai saat yang penghabisan. Demikian pulalah tekad Rakyat Indonesia seluruhnya. Rakyat yang begitu tekadnya tidak akan tenggelam, malahan pasti akan mencapai kemenangan cita-citanya.
Di atas kampung halaman saudara-saudara yang hangus akan bersinar kemudian cahaya kemerdekaan Indonesia dan akan tumbuh kelak bibit kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Karo, sebagai bagian dari pada Rakyat Indonesia yang satu yang tak dapat dibagi-bagi.
Kami sudahi pujian dan berterima kasih kami kepada Saudara-saudara dengan semboyan kita yang jitu itu: “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”.
Saudaramu,
MOHAMMAD HATTA
Wakil Presiden Republik Indonesia
Selanjutnya, untuk melancarkan roda perekonomian rakyat di daerah yang belum diduduki Belanda, Bupati Rakutta Sembiring mengeluarkan uang pemerintah Kabupaten Karo yang dicetak secara sederhana dan digunakan sebagai pembayaran yang sah di daerah Kabupaten Karo.
Akibat serangan pasukan Belanda yang semakin gencar, akhirnya pada tanggal 25 Nopember 1947, Tiga Binanga jatuh ke tangan Belanda dan Bupati Rakutta Sembiring memindahkan pusat pemerintahan Kabupaten Karo ke Lau Baleng. Di Lau Baleng, kesibukan utama yang dihadapi Bupati Karo beserta perangkatnya adalah menangani pengungsi yang berdatangan dari segala pelosok desa dengan mengadakan dapur umum dan pelayanan kesehatan juga pencetakan uang pemerintahan Kabupaten Karo untuk membiayai perjuangan.
Setelah perjanjian Renville ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948, Pemerintah RI memerintahkan seluruh Angkatan Bersenjata Republik harus keluar dari kantung-kantung persembunyian dan hijrah ke seberang dari Van Mook yaitu daerah yang dikuasai secara de jure oleh Republik.
Barisan bersenjata di Sumatera Timur yang berada di kantung-kantung Deli Serdang dan Asahan Hijrah menyeberang ke Labuhan Batu. Demikian pula pasukan yang berada di Tanah Karo dihijrahkan ke Aceh Tenggara, Dairi dan Sipirok Tapanuli Selatan. Pasukan Resimen I pimpinan Letkol Djamin Ginting hijrah ke Lembah Alas Aceh Tenggara. Pasukan Napindo Halilintar pimpinan Mayor Selamat Ginting hijrah ke Dairi dan pasukan BHL pimpinan Mayor Payung Bangun hijrah ke Sipirok Tapanuli Selatan.
Berdasarkan ketentuan ini, dengan sendirinya Pemerintah Republik pun harus pindah ke seberang garis Van mook, tidak terkecuali Pemerintah Kabupaten Karo yang pindah mengungsi dari Lau Baleng ke Kotacane pada tanggal 7 Pebruari 1948. Di Kotacane, Bupati Rakutta Sembiring dibantu oleh Patih Netap Bukit, Sekretaris Kantor Tarigan, Keuangan Tambaten S. Brahmana, dilengkapi dengan 14 orang tenaga inti.
Selanjutnya untuk memperkuat posisi mereka, Belanda mendirikan Negara Sumatera Timur. Untuk daerah Tanah Karo Belanda menghidupkan kembali stelsel atau sistem pemerintahan di zaman penjajahan Belanda sebelum perang dunia kedua.
Administrasi pemerintahan tetap disebut Onder Afdeling De Karo Landen, dikepalai oleh seorang yang berpangkat Asisten Residen bangsa Belanda berkedudukan di Kabanjahe. Di tiap kerajaan (Zeifbesturen) wilayahnya diganti dengan Districk sedangkan wilayah kerajaan urung dirubah namanya menjadi Onderdistrick.
Adapun susunan Pemerintahan Tanah Karo dalam lingkungan Negara Sumatera Timur adalah: Plaatslijkbestuur Ambteenaar, A. Hoof. Districthoofd Van Lingga, Sibayak R. Kelelong Sinulingga, Districhoofd Van Suka, Sibayak Raja Sungkunen Ginting Suka, Districhoofd Van Sarinembah, Sibayak Gindar S. Meliala, Districthoofd Van Kuta Buluh, Sibayak Litmalem Perangin-angin.
Ditulis Oleh : Sion Sembiring
Sumber

Westerbork: Sisa Nyata Genosida oleh Jerman

Masa silam menyebabkan dilema di Belanda: apakah sebuah barak yang dulu berasal dari kamp konsentrasi Westerbork perlu dikembalikan dan dipugar kembali? Kamp konsentrasi adalah pusat penahanan kelompok yang dalam pandangan Nazi Jerman patut dimusnahkan. Lalu apakah bekas barak yang asli ini harus dikembalikan ke pusat peringatan kamp konsentrasi ini?
sds
Westerbork terletak di provinsi Drente di Belanda utara. Di daerah pedesaan ini, tentara Nazi Jerman yang menduduki Belanda selama perang dunia kedua mendirikan pusat penampungan tawanan yang akan mereka bantai di Jerman. Orang yahudi, jipsi, homoseksual dan semua golongan yang oleh nazi jerman dianggap tidak cocok dengan ideologi rasialis mereka ditawan dulu di Westerbork, sebelum mereka dikirim ke konsentrasi kamp di Jerman untuk dimusnahkan. Demikian juga Anne Frank, sosok anak Yahudi yang menjadi terkenal sebagai simbol penderitaan para korban pembantaian nazi Jerman, setelah buku hariannya terbit.
Pusat Peringatan
Masih tersisa barak yang sayangnya saat ini sudah dimanfaatkan sebagai kandang babi. Para pengelola kamp Westerbork yang kini menjadi pusat peringatan kejahatan Nazi Jerman ragu-ragu, namun para pengunjung pusat peringatan di Westerbork ini selalu minta di mana peninggalan yang asli. Lalu bagaimana menanggapi keinginan ini? Bagaimana kita mengantisipasi masa silam?
Saya berusia 12 tahun waktu tiba di sini. Sangat menakutkan. Saya tidak ingat lagi bagaimana bentuk barak ini, yang saya ingat adalah lumpur dan di seberang jalan, setelah pagar kawat berduri, semak-semak yang berkembang.
Demikian Carla Josephus Jitta, ia adalah salah seorang tahanan Nazi Jerman di kamp konsentrasi Westerbork ini selama perang dunia kedua.
Masih bisa saya bayangkan kamp ini menyerupai neraka, namun saat ini pemandangannya asri, rumput nan hijau dengan pepohonan rindang. Total berbeda dengan apa yang ada saat itu, tidak bisa kita bayangkan perubahannya.
Saat itu kamp Westerbork ini dihuni tahanan yang tidak tahu pasti kapan mereka akan dibawa definitif ke pusat pemusnahan Nazi Jerman di Jerman, itulah yang menakutkan bagi Carla dan tahanan lain.
Lapangan Terbuka
Namun Westerbork berubah sekali, bekas kamp tahanan ini kini adalah lapangan rumput terbuka, dengan pohon di sana sini. Taman yang sepi dengan beberapa monumen untuk para korban keganasan nazi Jerman. 107 ribu tahanan dibawa ke Westerbork, hanya 5 ribu yang selamat dan kembali setelah perang dunia kedua berakhir.
Kita sekarang berdiri di lapangan yang kosong, dengan beberpa pohon, namun phon-pohon ini menandai batas kamp konsnetrasi yang sudah hilang. Kita bisa mengenali bentuk segi empat kamp ini dan tentu sja rel kereta api yang dipakai untyuk kereta api pengangkut mereka yang ditahan. Julukannya dalam bahasa Prancis: Boulevard des Misére, atau jalan kesusahan.
Demikian Anne Bitterberg staf Pusat peringatan kamp Westerbork ini. ia menambahkan selama periode paling ramai yaitu akhir 1942 sampai awal 1943, 20 ribu tahanan tinggal di kamp ini. kamp ini merupakan kamp di alam terbuka di tengan hutan berukuran 500 kali 500 meter. Ia sering mendengar keluhan dari para tahanan:
Tidak ada privacy sama sekali.
Penampungan Orang Maluku
 
Setelah perang dunia berakhir, kamp Westerbork beralih penggunaannya: bekas kamp tahanan yang dimusnahkan di Jerman ini menjadi tempat penampungan orang Maluku yang hijrah ke Belanda.
Wim Manuhutu, direktur Museum Sejarah Maluku di Belanda menyatakan:
Memang kamp Westerbork bersama kamp Vught sangat bersejarah, yang punya kaitan erat bukan saja dengan perang dunia kedua namun juga dengan kedatangan migran Indonesia ke Belanda, sesudah perang dunia kedua. Misalnya orang Maluku. Saya sangat kecewa tempat yang bersejarah ini kehilangan fungsinya. Apalagi dalam satu jaman di mana sejarah itu penting. Belanda sedang mencari identitas diri lalu bagaimana kalau orang Belanda tidak tahu sejarahnya. Pasti mereka akan susah menjawab pertanyaan siapa sebenarnya orang Belanda. Tempat ini bisa menjadi tempat pameran untuk menunjuk pada apa dampak rasialisme, sayang kalau fungsi ini hilang.
Tahun 1970 kamp ini digusur total dan diganti dengan beberapa monumen. Baru pada tahun 1983 didirikan museum dan setelah itu bekas gedung kamp dan rel kereta api untuk transpor para tahanan mulai dipatok dengan jelas.
Kandang Babi
Para pengunjung sering menanyakan bekas-bekas asli kamp Westerbork, demikian Anne Bitterberg. Museum dan monumen rupanya belum memuaskan banyak pengunjung. Rumah bekas komandan Jerman kamp Westerbork kini sudah kosong. Bisa dibeli oleh pengurus monumen nasional Westerbork kemudian dipugar. Ihwal cara memamerkannya masih menjadi bahan diskusi, karena kehidupan mewah sang komandan nazi ini tidak mungkin bisa dipamerkan kalau tidak ada contoh kehidupan sehari-hari para tawanan yang menderita.
Lebih susah lagi adalah pertanyaan apakah barak yang masih tersisa harus dikembalikan ke kamp ini. Seorang peternak babi membelinya pada tahun 1970, dan sejak itu menjadi kandang babi.
Memang bahan kayunya masih utuh, tapi setelah 30 tahun dihuni babi susah juga untuk menyebutnya barak, tidak ada yang orisinil lagi.
Demikian Anne Bitterberg. Namun organisasi yang mengelola monumen ini bertekad membelinya kembali.
Ihwal pemanfaatannya akan ditentukan kelak. Demikian Anne Bitterberg.
 Dilema
 
vxc
Sang peternak babi baru mau menjual barak ini kakau ia mendapat cukup uang untuk mendirikan kandang baru. Ia minta beberapa ratus ribu euro. Dengan uang itu susah juga untuk menghilangkan bau 30 generasi babi yang dikandang di barak itu. Mantan tahanan di kamp ini, Carla Josephus Jitta menyatakan kandang yang dulu barak ini tidak perlu masuk ke monumen Westerbork.
Ini adalah hal yang tidak sebenarnya, tidak membuat orang percaya. Orang akan membikin lelucon. Jangan lupa kami diperlakukan sebagai babi oleh Nazi Jerman, dianggap bukan mahluk yang normal. Ini sudah terlambat, dulu orang harus lebih sadar untuk mempertahankannya, nasi sudah menjadi bubur.
Masalah ini menjadi dilema untuk pengurus pusat peringatan kamp Westerbork dan untuk Belanda. Bagaimana sikap kita terhadap warisan budaya asal perang dunia kedua yang masih tetap peka itu. Di pugar dan dismpan dengan baik, itulah kesimpulan yang bisa ditarik untuk sementara ini
Sumber

Sea Unearths Secret Nazi Bunkers That Lay Hidden For More Than 50 Years

 

Three Nazi bunkers on a beach have been uncovered by  violent storms off the Danish  coast, providing a store of material  for history buffs and military  archaeologists.
The bunkers were found in  practically the same condition as they were  on the day the last Nazi soldiers left them, down to the tobacco in one trooper‘s pipe and a half-finished bottle of  schnapps.
This bunker was entombed under the sand dunes until a violent storm swept away the sands three months ago
The bunkers had not been touched since the war
The bunkers were three of 7,000 built by the Germans  as part of Hitler’s  ‘Atlantic  Wall‘ from Norway to the south of France. 
But while the vast majority were almost immediately  looted or destroyed, these three were entombed under the sand dunes of  a remote beach near the town of Houvig since 1945. 
They  were uncovered only because recent storms sent giant waves cascading over them, sweeping away the sand and exposing glimpses of the cement and iron  structures.
Kim Clausen, curator of the Ringkoebing-Skjern museum views a heater retrieved from the bunker
Stamps of the German Eagle of Adolf Hitler and the Swastika were also retrieved
They were located by two nine-year-old boys on holiday with their parents, who then informed the authorities.
Archaeologists were able to carefully force a way, and were astounded at what they found.
‘What’s so fantastic is that we found them completely furnished with beds, ‘chairs, tables, communication systems and the personal effects of the soldiers who lived inside,’ says Jens Andersen, the curator of the Hanstholm museum.
The discovery of the fully-furnished bunkers was  “unique in Europe,” said  Bent Anthonisen,  a Danish expert on European bunkers.
Expert Tommy Cassoe: ‘It was as if the Nazis had just left yesterday’
And a third expert, Tommy Cassoe, enthused: “It was like entering the heart of a pyramid with mummies all around.  Wat I saw blew me away: it was as if the German soldiers had left only  yesterday.”
The team working with Cassoe  emptied the structures within a few days of boots,  undergarments, socks, military stripes, mustard and aquavit bottles, books, inkpots, stamps featuring Hitler, medicines, soda bottles, keys, hammers and other objects.
All of the objects from the shelters have been taken to the conservation  centre at Oelgod museum, some 20 miles from the beach  to be  examined.
 The centre’s German curator, Gert Nebrich, judged the find ‘very  interesting because it is so rare.’
‘”We don’t expect contemporary objects like these to be so well preserved.  Maybe it’s because they were kept for 60 years in the cold and dark like in a  big vacuum,” he says, carefully showing four
stamps featuring Hitler’s image and  the German eagle, found in one bunker.
The Germans left the bunkers in May 1945 after the Nazi surrender.
Historical records show that  Gerhard Saalfed was a 17-year-old soldier  with the German army when he  arrived at the bunker in January 1945. 
Germany surrendered on May 8 1945,  but it wasn‘t until two days later that he and his fellow soldiers left their remote station.
They shut the steel doors of the bunker behind them on their remote beach  and went to the nearest town ten miles away to surrender. 
‘The remote  location of the bunkers and the drifting sands that covered them saved  them from being ransacked,“ said Cassoe.